Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BANGKOK. Mayoritas mata uang Asia mengalami penurunan sepanjang minggu ini. Kecemasan akan krisis utang Yunani masih menjadi pemicu utama. Selain itu, adanya pemangkasan outlook pertumbuhan ekonomi global juga memicu penurunan permintaan aset-aset emerging market.
Seperti yang diketahui, pada 23 Juni lalu, the Federal Reserve mengatakan, perekonomian AS hanya akan tumbuh sebesar 2,7% hingga 2,9% tahun ini. Prediksi tersebut lebih rendah ketimbang prediksi April lalu yang dipatok 3,1% hingga 3,3%.
Selain itu, pada 22 Juni lalu, Presiden Bank Sentral Eropa Jean-Claude Trichet mengatakan, di Eropa ada sinyal ketidakstabilan karena krisis utang Yunani mengancam perbankan di kawasan tersebut.
"Ketidakpastian pada outlook pertumbuhan ekonomi global masih tetap ada. Saya rasa, fokus berikutnya adalah pertemuan parlemen Yunani pada 28 Juni mendatang," jelas Prakriti Sofat, ekonom Barclays Capital.
Catatan saja, sepanjang minggu ini, baht Thailand melemah 0,3% menjadi 30,67 per dollar. Lalu, rupe India juga melemah 0,3% menjadi 44,9975, ringgit Malaysia melemah 0,5% menjadi 3,0450, dan rupiah Indonesia melemah 0,1% menjadi 8.600. Alhasil, the Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index turun 0,2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News