Reporter: Wahyu Satriani |
JAKARTA. Aktivitas Surat Berharga Negara (SBN) termasuk surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk, obligasi ritel atau ORI, dan sukuk ritel di pasar sekunder sepanjang 2011 mencatat kenaikan. Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito memaparkan bahwa volume SBN naik 36% di tahun 2011 menjadi Rp 1.961,26 triliun dibandingkan tahun 2010 yang hanya Rp 1.437,34 triliun.
Frekuensi transaksi di tahun 2011 juga naik 31% menjadi 106.735 kali, dibandingkan tahun 2010 sebelumnya yang sebesar 81.705 kali. Selain itu Frekuensi transaksi harian juga naik 38% menjadi Rp 7,97 triliun per hari pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 5,80 triliun per hari.
"Sepanjang 2011 aktivitas SBN meningkat dan semakin bagus," ujar Ito, Jakarta, Jumat (30/12).
Kenaikan aktivitas SBN tersebut juga ditopang oleh bertambahnya jumlah emisi SBN di BEI. Sepanjang 2011, jumlah emisi SBN yang dicatatkan mencapai 106 seri senilai Rp 163,12 triliun. Dari total tersebut, terdiri dari 33 seri emisi baru senilai Rp 60,41 triliun dan 73 seri emisi reopening senilai Rp 102,71 triliun.
Seri emisi baru diataranya lima seri FR atau fixed rate, 22 seri SPN atau surat perbendaharaan negara, satu seri ORI atau obligasi ritel, satu seri SR atau sukuk ritel, satu seri IFR atau sukuk, serta tiga
seri SPN syariah. Adapun untuk seri reopening diantaranya 54 seri FR, 8 seri SPN, dan 11 seri IFR.
"Sementara itu, total SBN yang masih tercatat hingga akhir 2011 sekitar 89 seri senilai Rp 723,61 triliun," ujar Ito.
Analis Obligasi Samuel Asset Management Herbie Mohede memprediksi kinerja SUN masih positif tahun depan. Namun, untuk SUN tenor pendek diduga akan berfluktuatif. Hal tersebut disebabkan oleh laju inflasi yang diperkirakan akan naik tahun depan menjadi dikisaran 5,5% akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan bahan bakar minyak (BBM).
"Untuk SUN tenor satu hingga dua tahun diperkirakan yield akan naik sekitar 80 basis poin dibandingkan tahun ini menjadi kisaran 5,4% hingga 6,3%," ujar Herbie. Kenaikan yield tersebut akan diikuti dengan terkoreksinya SUN.
Sedangkan untuk SUN tenor panjang diatas 20 tahun diprediksi akan stabil dan tidak jauh bergerak dibandingkan tahun ini dikisaran 7,5%. "Untuk jangka panjang tidak terlalu terpengaruh inflasi,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News