Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Di tengah kelebihan pasokan, minyak mampu menorehkan kinerja positif dalam sepekan ini. Penguatan harga minyak menjelang pertemuan para produsen besar untuk mendiskusikan pembatasan produksi tanggal 17 April mendatang.
Nizar Hilmy, analis PT SoeGee Futures mengatakan, wacana pembatasan produksi telah mengangkat harga minyak dari level terendah 12 tahun pada bulan Februari lalu. Tetapi kenaikan harga baru didorong oleh sentimen, bukan fundamental.
Secara fundamental, Nizar mengatakan jika minyak masih kelebihan pasokan. Ada beberapa faktor yang akan menggerakkan harga minyak hingga akhir tahun.
Pertama, terkait dengan upaya pembatan produksi dan efeknya pada pasokan minyak. Kedua, kondisi nilai tukar dollar AS juga akan mempengaruhi harga minyak. Jika USD menguat, maka minyak akan tertekan.
Oleh karena itu, isu kenaikan suku bunga The Fed juga menjadi perhatian pasar lantaran dapat mempengaruhi pergerakan USD. Ketiga, pergerakan harga minyak juga tergantung dari sisi permintaan. "Jika pasokan berkurang dan permintaan membaik, harga juga akan membaik," katanya.
Jika didukung oleh sentimen positif, Nizar memprediksi harga minyak dapat mencapai US$ 50 per barel pada akhir tahun. Sebaliknya, harga bisa kembali ke bawah US$ 30 per barel jika harga minyak dibayangi sentimen negatif. Misalnya, kesepakan pembatas produksi gagal, USD menguat dan permintaan tetap lemah.
Mengutip Bloomberg, Jumat (8/4) pukul 18.46 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei 2016 di New York Mercantile Exchange menguat 3,9% ke level US$ 38,73 per barel dibanding sehari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News