kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Sentimen dovish The Fed mulai meredup, rupiah melemah di akhir pekan


Jumat, 22 Maret 2019 / 18:56 WIB
Sentimen dovish The Fed mulai meredup, rupiah melemah di akhir pekan


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ditutup melemah pada perdagangan Jumat (22/3) setelah mengalami pergerakan cukup volatil pekan ini.

Mengutip Bloomberg, Jumat (22/3) rupiah ditutup di posisi Rp 14.163 per dollar Amerika Serikat AS, melemah 0,16% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 14.140 per dollar AS.

Sementara menurut data dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah juga melemah sebesar 0,39% di level Rp 14.157 per dollar AS. 

Analis Monex Investindo Futures Faisyal menjelaskan rupiah sempat menguat cukup tajam pada Rabu (20/3) di level Rp 14.188 per dollar AS yang ditopang oleh sikap dovish Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed). The Fed resmi mempertahankan tingkat suku bunga di area 2,25%-2,5% di tahun ini.

“Dari kebijakan dovish tersebut, aliran dana asing masuk cukup deras ke Indonesia, yakni ke pasar saham, sukuk ritel, obligasi, dan sebagainya. Inilah yang memicu penguatan rupiah yang cukup besar. Tetapi setelahnya di akhir pekan, rupiah kembali melemah karena dollar AS sudah mulai pulih,” jelas Faisyal kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3).

Setelah melemah di hadapan beberapa major currency, dollar AS kembali menguat disokong oleh data ekonomi AS. Pesanan baru untuk barang-barang manufaktur AS meningkat 0,1% pada Januari, menyusul kenaikan sebesar 0,1% pada Desember 2018.

Pelemahan ini juga dibebani oleh harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) yang naik cukup tinggi tahun ini dan hampir menyentuh level US$ 60,00 per barel. 

Faisyal bilang, kenaikan harga minyak dunia akan memberikan pengaruh pada data impor domestik. “Secara keseluruhan, memang surplus tetapi jika diteliti data ekspor dan impor sangatlah buruk,” jelas Fasiyal.

Faisyal menambahkan, pelaku pasar sedikit kecewa dengan keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 6% dan kembali mengkhawatirkan hubungan dagang antara AS dan China dimana saat ini kedua belah pihak masih diselimuti kecurigaan.

“Sementara itu, Brexit tidak memberikan efek terlalu signifikan pada rupiah. Setelah dilanda ketidakpastian di awal pekan karena Brexit, Jumat ini Inggris seharusnya mendapatkan sentimen positif sebab Uni Eropa (UE) memberikan sedikit perpanjangan waktu hingga Mei 2019, asalkan Perdana Menteri Inggris May dapat meyakinkan Parlemen. Hal ini seharusnya menjadi sentimen yang bagus,” tambah Faisyal.

Faisyal menegaskan faktor pergerakan rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh sisi dari kebijakan dovish The Fed, rilis data AS dan data ekonomi domestik, serta kelanjutan dari perundingan perang dagang AS dan China.

Faisyal melihat pekan depan,pelaku pasar bisa tertuju pada rilis data GDP AS dan kekhawatiran mengenai voting Brexit di Inggris. Jika rilis data GDP AS positif, maka hal tersebut menjadi sentimen buruk bagi rupiah. Sementara penolakan Parlemen pada May, hanya akan menambah kekuatan pada indeks dollar AS.

Dengan demikian, Faisyal memprediksi rupiah bergerak stabil di level Rp 14. 100 per dollar AS – Rp 14.210 per dollar AS pada Senin mendatang.

Sementara pada sepekan ke depan, rupiah diproyeksikan bergerak di kisaran Rp. 14. 035-Rp 14.350 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×