Reporter: Diba Amalia Haritz | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga nikel jatuh pada Senin (22/8) setelah sebelumnya reli sepekan. Harga nikel tergerus hampir bersamaan dengan komoditas tambang lainnya.
Mengutip Bloomberg, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menurun 0,87% dibanding hari sebelumnya ke level US$ 10.265 per metrik ton. Namun, harga nikel menguat tipis 0,09% dibanding sepekan kebelakang.
Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim, mengutarakan, tergerusnya harga nikel masih berkisar seputar spekulasi pasar mengenai kenaikan suku bunga AS. “Adanya isu mengenai kenaikkan suku bunga ini menyebabkan harga komoditas menurun, termasuk nikel,” kata Ibrahim kepada Kontan (24/8).
Meski demikian nikel sebenarnya memiliki berbagai sentimen positif untuk mendongkrak harganya. Persediaan nikel secara global sebenarnya mengalami defisit. Pasokan nikel dunia dari Januari-Juni 2016 alami defisit hampir 100.000 ton.
Selain itu, Filipina sebagai negara penghasil nikel terbesar, juga masih dalam isu perbaikan lingkungan yang menyebabkan ditutupnya tambang nikel yang tidak memenuhi standar. Akibatnya, pasokan nikel pun berkurang.
Sebagai negara penghasil nikel kedua terbesar, Indonesia telah melakukan pelarangan mengekspor bahan tambang mentah sejak 2014. nikel. Upaya ini dapat menerbangkan harga nikel. Karena pada saat diberlakukannya peraturan tersebut, harga nikel melonjak hingga 37%.
Namun menurut Ibrahim, berbagai sentimen tersebut akan kalah dengan isu kenaikan suku bunga AS. Hal tersebut dikarenakan transaksi nikel secara global menggunakan nilai tukar dolar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News