kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sempatkan melongok lima isu hangat hari ini!


Senin, 26 Mei 2014 / 06:44 WIB
Sempatkan melongok lima isu hangat hari ini!
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di galeri atm BRI di Tangerang Selatan, Banten, Rabu (23/11/2022)./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/23/11/2022.


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Berikut adalah sejumlah isu penting yang dapat disimak di awal pekan:

- Penerbitan obligasi

Penerbitan surat utang korporasi pada Mei 2014 kembali bertambah. Dalam dua pekan terakhir, setidaknya terdapat dua perusahaan yang menerbitkan obligasi senilai total Rp 1,21 triliun. Kupon yang ditawarkan kepada investor juga cukup menarik.

Pertama, PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) menerbitkan obligasi Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) tahap II. Nilai obligasi ini Rp 211 miliar dan berkupon 11%-12% per tahun.

Sebenarnya total PUB surat utang ini senilai Rp 1,5 triliun. Pada tahap I di 2012, perusahaan sudah menerbitkan surat utang senilai Rp 100 miliar. Kedua, PT Bank UOB Indonesia menerbitkan obligasi subordinasi senilai Rp 1 triliun.

Surat utang ini bertenor 7 tahun dan menawarkan kupon 11,35%. Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, pada dasarnya obligasi korporasi saat ini telah menjadi instrumen investasi berprospek cerah.

"Karena para penerbit obligasi korporasi berlomba-lomba menyerap dana dengan kupon yang cukup tinggi," ujar Lana. Baik obligasi Bank UOB maupun MFIN, semuanya memberi imbal hasil tinggi. Lana membandingkannya dengan bunga deposito yang rata-rata 10,5%. Ia memprediksi, obligasi Bank UOB jadi surat utang yang paling diburu di antara tiga seri obligasi itu. "Menarik karena tenornya 7 tahun dengan kupon 11,35%," ujar dia.

- Harga minyak

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik ke level tertinggi sejak Mei 2011 akibat jatuhnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS). Suplai minyak pun berpotensi terganggu akibat ketegangan di Ukraina dan Libya.

Mengutip Bloomberg, harga minyak WTI untuk pengiriman Juli 2014 di New York Mercantile Exchange pada Jumat (23/5) meningkat 0,59% dari hari sebelumnya di level US$ 104,35 per barel. Harga minyak naik 2,72% selama sepekan terakhir atau 8,19% sejak akhir 2013. Data Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, pasokan minyak mentah AS turun sebanyak 7,23 juta barel dalam tujuh hari yang berakhir 16 Mei 2014.

Stok minyak di Cushing, Oklahoma, yang merupakan pusat pengiriman WTI turun menjadi 23,4 juta barel. Akibatnya, persediaan minyak mentah AS pada periode itu menyusut ke 391,3 juta barel. Menurut EIA, ini merupakan tingkat persediaan terendah dalam enam minggu.

Selain faktor stok minyak AS, harga minyak juga tersulut akibat kian memanasnya konflik di Ukraina. Hal ini sebagai reaksi atas penyelenggaraan pemilihan presiden pada Minggu (25/5). Tidak hanya di Ukraina, ketegangan juga tengah berlangsung di Libya yang merupakan produsen minyak utama di Afrika.

- Jelang libur, pasar saham sepi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis di akhir pekan lalu. IHSG menguat 0,06% ke 4.973,06, Jumat (23/5). Namun, penguatan tersebut tak mampu membantu pergerakan IHSG ke zona hijau dalam sepekan. IHSG masih anjlok 1,16% sepanjang minggu lalu. Sementara, pergerakan bursa Asia yang tercermin dalam indeks MSCI Asia Pacific terlihat menguat 0,45% ke 140,92 di akhir pekan lalu.

Untuk pergerakan sepekan, indeks MSCI Asia Pasific naik 0,85%. Pekan ini, Analis Universal Broker Indonesia, Alwy Assegaf, memproyeksikan, IHSG akan bergerak flat cenderung menguat.

"Pekan depan, ada dua hari libur sehingga pasar biasanya sepi," ujar dia. Purwoko Sartono, analis Panin sekuritas, menambahkan, investor sebaiknya wait and see di minggu pendek ini.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menyarankan investor agar memperhatikan kebijakan moneter Jepang, penjualan ritel Jerman, dan klaim pertama pengangguran AS. Karena data ini bisa mempengaruhi pergerakan IHSG. Reza memproyeksikan, IHSG cenderung naik di kisaran 4.964-4.978.

Sementara, Purwoko dan Alwy memperkirakan IHSG bergerak turun.

- Rekor dana asing di pasar modal

Pemodal asing gencar masuk pasar saham dan obligasi di Indonesia. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), asing telah mencatatkan beli bersih (net buy) Rp 41,84 triliun sejak awal tahun. Begitu juga di pasar obligasi yang mencatatkan Rp 390,57 triliun. Angka ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya mengatakan, masuknya asing lantaran ada optimisme akan membaiknya data ekonomi. "Neraca perdagangan masih surplus, cadangan devisa meningkat, dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tetap," papar dia.

Selain itu, Kepala Riset HD Capital Yuganur Wijanarko bilang, sentimen politik membuat asing memborong saham di Indonesia. Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menuturkan, sebenarnya siapa presiden yang terpilih masih sulit dibaca sehingga saat ini bursa dalam kondisi ketidakpastian. Tapi, "Asing masih yakin pemilu akan berjalan lancar dan dibuktikan dengan dana asing yang mengalir," kata dia.

Faktor lain yang mendorong aksi beli asing adalah kinerja semester I-2014 masih akan membaik dibanding kuartal I.

- Posisi rupiah

 Rupiah melemah di akhir pekan. Di pasar spot, pasangan USD/IDR naik 0,72% ke 11.615. Begitu juga kurs tengah dollar AS di Bank Indonesia, naik 0,39% ke 11.560.

Tonny Mariano, analis PT Harvest International Futures, mengatakan, rupiah melemah karena ketidakpastian politik. Menurut dia, euforia deklarasi pasang calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sudah usai. Saat ini, pelaku pasar sedang mempertimbangkan visi dan misi yang diusung kedua pasang calon. Sebab, posisi keduanya sama-sama kuat dan membuat pasar makin sulit memprediksi siapa yang akan menjadi pemimpin Indonesia ke depan.

Lana Soelistianingsih, Head of Research PT Samuel Aset Manajemen, menambahkan, selain faktor politik, rupiah masih akan melemah terbatas karena lonjakan impor menjelang Ramadan dan Hari Idul Fitri. Menurut dia, akan sulit bagi rupiah akan kembali menguat.

Lana memprediksikan, rupiah baru akan menguat hingga terpilihnya presiden baru dan sesuai dengan ekspektasi pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×