kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semester I, portofolio investasi SRTG tumbuh 26%


Kamis, 04 Agustus 2016 / 20:39 WIB
Semester I, portofolio investasi SRTG tumbuh 26%


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pada semester I 2016, portofolio investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) tumbuh sebesar 26% dari Rp 13,6 triliun pada 31 Desember 2015 menjadi Rp 17,1 triliun pada 30 Juni 2016. 

Pertumbuhan portofolio itu terutama diperoleh dari peningkatan nilai pasar dari investasi Perseroan di sektor sumber daya alam serta didukung oleh kinerja kuat dan berkelanjutan perusahaan investasi di sektor infrastruktur dan konsumer.
 
Mulai semester I tahun 2016, Saratoga telah menerapkan “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 65: Pengecualian Konsolidasi” dalam pelaporan kinerja keuangan Perseroan. 

PSAK 65 baru tersebut memungkinkan Saratoga untuk menerapkan nilai wajar atas aset-aset investasinya. Karena perubahan ini diterapkan secara prospektif (berlaku ke depan), laporan kinerja keuangan perseroan di 2016 tidak dapat dibandingkan dengan laporan keuangan konsolidasi tahun 2015.   
 
Presiden Direktur Saratoga Michael W.P. Soeryadjaya menjelaskan, metodologi penilaian wajar tersebut memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap kinerja Saratoga sebagai perusahaan investasi aktif. "Ini sejalan dengan model bisnis perseroan yang efektif dalam melakukan investasi, mendorong pertumbuhan serta memonetisasi investasinya," kata Michael dalam keterangan tertulis, Kamis (4/8).
 
Direktur Keuangan Saratoga Jerry Ngo menambahkan, perubahan dalam penyajian laporan keuangan ini dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang untuk dapat menyajikan laporan keuangan yang lebih jelas dan akurat. Hal ini diharapkan akan memudahkan para pemegang saham, kreditur dan para pelaku pasar modal untuk dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.
 
Melalui penyajian laporan akuntansi baru ini, Saratoga tercatat berhasil membukukan laba bersih yang distribusikan kepada pemegang saham sebesar Rp 4,8 triliun. Ini mencakup one-off gain sebesar Rp 2,2 triliun yang sebagian besar sebagai akibat dari perubahan penyajian pelaporan keuangan dan Rp 2,6 triliun dan sebagian besar dikontribusikan dari peningkatan nilai pasar atas investasi Saratoga di Adaro Energy dan Tower Bersama.
 
Michael menambahkan, Saratoga terus menerapkan pendekatan yang disiplin dengan prinsip kehati-hatian dalam menyeleksi peluang investasi. 

Di awal tahun ini, Saratoga masuk ke sektor rantai pasokan logistik pendingin (cold-chain logistics) dengan mengakuisisi saham PT Mulia Bosco Logistik (MGM Bosco). 

Transaksi tersebut memberikan peluang yang sangat baik bagi Saratoga dalam membangun platform di sektor cold-chain logistics yang sangat menarik, mengingat selain memiliki pertumbuhan tinggi, sektor ini juga memiliki prospek yang cerah sejalan dengan meningkatnya permintaan terhadap infrastruktur logistik vital di negara ini.
 
Selain itu, Saratoga juga telah berhasil menerapkan siklus model bisnisnya secara menyeluruh (Investing-Growing-Monetizing) melalui divestasi kepemilikan saham Saratoga di PT Pulau Seroja Jaya senilai Rp 98 miliar yang menghasilkan internal rate of return (IRR) sebesar 48% selama 8 tahun. 

Sebagai bagian dari komitmen kepada pemegang saham, tahun ini Saratoga juga memutuskan untuk membagikan dividen pertama kali sejak IPO tahun 2013.
 
Menurut Michael, pertumbuhan dan penguatan portofolio investasi Saratoga membuktikan bahwa strategi investasi dan model bisnis yang selama ini diterapkan telah sukses menciptakan nilai bagi perusahaan-perusahaan investasi Perseroan.

"Kami percaya, strategi ini akan terus memperkuat bisnis Saratoga dan mengembangkan portofolio investasi secara lebih optimal, sehingga kami dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perekonomian Indonesia,” ujar Michael.
 
 Kinerja Perusahaan Investasi

Di sektor sumber daya alam, PT Adaro Energy Tbk. (kode saham IDX: ADRO) melalui anak usaha PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) mencapai kesepakatan pembiayaan (financial closing) pada Juni 2016 untuk proyek pembangkit listrik 2x1000 MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
 
Selain itu, Adaro melalui anak perusahaannya juga telah melakukan penandatanganan Share Sale Agreement (SSA) dengan BHP Minerals Holdings Pty. Ltd. dan BHP Minerals Asia Pasific Pty. Ltd. untuk pembelian dan pengambilalihan atas seluruh saham proyek Indomet Coal, yang terdiri dari 7 pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dengan total nilai transaksi sebesar USD 120 juta.

Kinerja ini memperkuat Adaro untuk mencapai visinya menjadi grup pertambangan dan energi terkemuka.

Di sektor infrastruktur, PT Lintas Marga Sedaya (LMS), pemegang konsesi jalan tol 116,75 km Cikopo-Palimanan (Cipali) mengalami peningkatan jumlah kendaraan yang melewati tol Cipali.

Selama musim mudik Lebaran 2016, total kendaraan yang melintas di Tol Cipali, baik yang keluar di gerbang Palimanan (arah Cirebon) maupun yang masuk gerbang Palimanan (arah Jakarta) pada H-7 sampai H+7 (29 Juni–14 Juli 2016) tercatat sebanyak lebih dari 1 juta kendaraan.
 
Pada semester pertama tahun 2016, PT Triwahana Universal (TWU) menghentikan produksinya karena terhentinya pengadaan pasokan minyak mentah sehubungan dengan masih berlangsungnya diskusi dan klarifikasi antara pihak-pihak terkait mengenai formula harga mulut sumur untuk kilang mini. 

Pada 23 Juni 2016, Menteri ESDM mengeluarkan keputusan No. 168.K/12/DJM.B/2016 mengenai harga minyak mentah sementara yang akan dijadikan acuan sampai terbitnya aturan permanen mengenai formula harga mulut sumur untuk kilang mini. Hingga akhir Juli 2016, pengiriman minyak mentah untuk TWU masih dalam proses.
 
Di sektor konsumer, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (kode saham: MPMX), perusahaan konsumer otomotif terkemuka di Indonesia, terus memperkuat fundamental bisnisnya, meningkatkan efisiensi operasional serta melakukan sejumlah inisiatif strategis untuk meningkatkan nilai kompetitifnya. 

Sebagai hasilnya, MPMX berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 9 % menjadi Rp 8,9 triliun pada Semester I 2016 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. MPMX juga berhasil mencetak laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp 180 miliar di Semester I 2016.
 
Sebagai bagian dari komitmen perusahaan kepada pemegang saham, MPMX telah membagikan dividen kepada pemegang saham sebanyak Rp 75,9 miliar atau sebesar 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai dividen ini merupakan 26,6 % dari laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×