Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Semester I-2015 merupakan periode kelabu bagi emiten yang bergerak di sektor otomotif. Melambatnya pertumbuhan ekonomi menyebabkan rapor kinerja mereka memburuk, bahkan ada yang merah alias merugi.
Seperti, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) yang per akhir Juni 2015 mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 69,64 miliar. Nilai beban yang harus ditanggung tidak sebanding dengan pemasukan yang diperoleh.
Pendapatan bersih IMAS naik tipis dari Rp 9,23 triliun menjadi Rp 9,38 triliun. Sementara sejumlah beban yang menghadang rata-rata meningkat. Beban penjualan mencuat dari Rp 596,99 miliar menjadi Rp 697,39 miliar. Beban umum dan administrasi pun naik 15% menjadi Rp 572,19 miliar.
Rugi bersih dari entitas asosiasi pun bertambah dari Rp 61,21 miliar menjadi Rp 65,51 miliar. Belum lagi beban keuangan yang membengkak dari Rp 349,37 miliar menjadi Rp 357,62 miliar. Emiten milik Grup Salim ini juga membukukan beban akibat perubahan neto nilai wajar investasi tersedia untuk dijual sebesar Rp 267,07 miliar. Angka ini melonjak dari Juni tahun lalu yang sebesar Rp 140,65 miliar.
Beban pajak penghasilan terkait perseroan juga meningkat tujuh kali lipat menjadi Rp 7,66 miliar. Alhasil kerugian tidak dapat terelakkan. Adapun, di periode yang sama tahun 2014, IMAS membukukan laba bersih sebesar Rp 33,13 miliar.
Kemunduran juga terjadi pada PT Astra International Tbk (ASII). Pendapatan perseroan sudah memperlihatkan perlambatan di sepanjang enam bulan pertama. Per akhir Juni 2015, pendapatan bersih tercatat sebesar Rp 92,5 triliun. Padahal, di periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan Astra mampu menembus angka Rp 101,52 triliun.
Penurunan pendapatan ini masih harus ditambah beberapa pos beban yang naik. Misalnya, beban penjualan meningkat dari Rp 4,27 triliun menjadi Rp 4,48 triliun. Beban umum dan administrasi naik dari Rp 4,94 triliun menjadi Rp 5,31 triliun. Biaya keuangan juga melonjak dari Rp 493 miliar menjadi Rp 625 miliar.
Hal ini membuat laba bersih perseroan menyusut sebesar 18% menjadi Rp 8,05 triliun. Laba sektor otomotif yang menyumbang sekitar 40% dari total laba bersih ASII merosot dari Rp 4 triliun menjadi hanya Rp 3,42 triliun.
Hal yang sama juga dialami PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX). Laba bersih perseroan turun dari Rp 283,86 miliar menjadi Rp 232,76 miliar. Sementara pendapatan bersih bisa naik dari Rp 7,84 triliun menjadi Rp 8,18 triliun. Tetapi, beban usaha perseroan meningkat dari Rp 673,73 miliar menjadi Rp 819,9 miliar.
Perusahaan juga harus menanggung biaya keuangan senilai Rp 126,63 miliar dan beban pajak penghasilan sebesar Rp 104,93 miliar. Troy Parwata, Direktur Utama MPMX dalam pernyataan resminya mengatakan, penjualan roda dua sepanjang semester pertama 2015 tercatat sebanyak 454.400 unit.
"Kelesuan ekonomi membuat penjualan motor di dua wilayah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur turun 7%," tuturnya.
Sedangkan, penjualan di mobil, melalui MPMAuto, perseroan berhasil menjual sebanyak 1.545 unit mobil merek Nissan dan Datsun. Prijono Sugiarto, Presiden Direktur ASII tidak menampik perang diskon masih terjadi di segmen bisnis roda dua. Hal ini akibat terjadi kelebihan kapasitas produksi.
Penjualan mobil secara nasional melemah sebesar 18% menjadi hanya 525.000 unit. Hal ini membuat penjualan mobil Astra juga merosot sekitar 21% menjadi 263.000 unit. Begitu pula dengan sepeda motor yang turun sebesar 19% menjadi 2,1 juta unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News