kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selesaikan divestasi, begini prospek Vale Indonesia (INCO) menurut Maybank Kim Eng


Senin, 12 Oktober 2020 / 06:30 WIB
Selesaikan divestasi, begini prospek Vale Indonesia (INCO) menurut Maybank Kim Eng


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah menyelesaikan divestasi 20% saham kepada Inalum. Ini dilakukan INCO karena harus memenuhi peraturan. 

Pemilik saham INCO yang menjual saham ke perusahaan tambang milik pemerintah adalah Sumitomo. Menurut Isnaputra Iskandar Analis Maybank Kim Eng dalam riset 8 Oktober 2020, transaksi yang dilakukan oleh BUMN pertambangan ini selesai lebih cepat dari perkiraan yakni pada akhir 2020. 

Pasca kesepakatan kepemilikan INCO menjadi Vale Canada Limited memegang 44,3%, Inalum memegang 20%, Sumitomo Metal Mining Co Ltd 15,2% dan publik 20,5%. Berdasarkan data RTI 30 September 2020, Vale Canada memegang 58,73%, Sumitomo memegang 20,09% dan publik memiliki 21,18%. 

Baca Juga: Prospek INCO usai divestasi 20% saham tuntas

Dalam aksi korporasi ini, INCO memang tidak mengeluarkan saham baru. Dalam riset Maybank disebutkan, valuasi kesepakatan INCO dan Inalum tidak berubah yakni sebesar Rp 5,5 triliun. Ini setara dengan Rp 2.780 per saham.

Isnaputra dalam riset menjelaskan, keberlanjutan INCO pasca transaksi akan lebih baik. "Setelah selesai divestasi kemungkinan kontrak INCO diperpanjang oleh pemerintah dari tahun 2025 hingga 2045," terang dia. 

Menurut Isnaputra, ini salah satu persyaratan perpanjangan kontrak. Persyaratan lainnya royalti penjualan 2%, hal ini telah dipenuhi INCO sejak 2015. Royalti juga sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, artinya INCO belum perlu menyesuaikan royalti setelah kontrak diperpanjang.

Baca Juga: Pasca Mengempit INCO, Mind Id Akan Mengembangkan Tambang Emas di Blok Wabu

"Karena 100% produknya adalah nikel, kami percaya INCO adalah pemain terbaik Indonesia untuk meningkatkan permintaan kendaraan listrik," jelas Isnaputra. Maybank memperkirakan proporsi permintaan baterai nikel akan meningkat menjadi 17% dari total permintaan pada tahun 2024 dari 3% pada tahun 2019. 

Itu berarti permintaan nikel secara keseluruhan CAGR 4,6% pada 2019-2024, sedikit lebih rendah dari 5,3% pada 2014-2019. "Untuk setiap perubahan 1% dalam asumsi harga nikel kami memperkirakan pendapatan tahun 2021 kami perkiraan akan berubah 3,1%," ujar Isnaputra. 

Maybank Kim Eng masih menyarankan beli saham INCO dengan target di Rp 5.000 per saham. Ke depan, jatuhnya harga nikel akan menjadi risiko utama saham INCO. 

Hingga akhir tahun 2020, Maybank memperkirakan pendapatan dan laba bersih INCO masing-masing bisa mencapai US$ 725 juta dan US$ 75 juta. Sedangkan pada tahun depan, pendapatan dan laba bersih INCO diproyeksi menjadi US$ 701 juta dan US$ 73 juta. 

Baca Juga: Efek omnibus law terasa di semester II-2021, ini saham pilihan Maybank Kim Eng

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×