kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sektor Komoditas Diprediksi Terdampak El Nino, Simak Rekomendasi Sahamnya


Selasa, 12 September 2023 / 19:34 WIB
Sektor Komoditas Diprediksi Terdampak El Nino, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Tambang PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Sektor Komoditas Diprediksi Terdampak El Nino, Simak Rekomendasi Sahamnya


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan sektor komoditas tambang dan energi (metal & mining commodity) akan terdampak dari El Nino, terutama pada kinerja keuangan perusahaan di industri batubara.

Research Analyst Mirae Asset Rizkia Darmawan mengatakan, emiten batubara diprediksi akan mengalami peningkatan produksi tetapi di saat yang sama akan mengalami penurunan kinerja keuangan karena pelemahan harga “si emas hitam” di dunia.

Produksi CPO Indonesia pada bulan Juni 2023 mencapai 4,4 juta ton (-13,0% MoM, +22,2%), karena tingginya produksi di bulan Mei setelah kembalinya libur Idul Fitri. Produksi di kuartal II-2023 mencapai 27,3 juta ton (+16,1% YoY).

Baca Juga: Mirae Asset Sekuritas Optimistis Inflasi dan El Nino Dapat Mendukung Kinerja Keuangan

Total konsumsi CPO domestik hingga kuartal II-2023 tumbuh kuat menjadi 11,1 juta ton (+15,6% YoY), didukung oleh peningkatan konsumsi biodiesel dan pangan. Ekspor tumbuh signifikan menjadi 16,3 juta ton (43,1% YoY).

Dibandingkan dengan kenaikan harga minyak nabati di tengah gangguan pasokan, harga CPO cenderung datar karena melimpahnya pasokan di Indonesia dan Malaysia. Dengan demikian, permintaan impor CPO meningkat.

Ekspor CPO Indonesia pada kuartal II-2023 melonjak lebih tinggi karena meningkatnya permintaan dari India setelah musim perayaan Natal, dan Tiongkok yang kembali melanjutkan aktivitas konsumennya. Ekspor ke Eropa juga meningkat meskipun ada EUDR.

“Berdasarkan pemeriksaan lapangan yang kami lakukan di Kalimantan, musim kemarau akibat El Nino lebih terlihat dan jumlah hari hujan terus menurun. Akibatnya, produksi mungkin terhambat karena sifat perkebunan,” kata Darma, Selasa (12/9).

Baca Juga: Efek Polusi Udara Berpotensi Tingkatkan Kinerja Medikaloka Hermina (HEAL)

Pada akhir Agustus 2023, harga CPO global berada pada US$ 819 per ton. Harga minyak nabati global juga diperkirakan akan mengalami tekanan kenaikan karena diperkirakan akan terjadi krisis pasokan akibat kondisi cuaca yang tidak mendukung.

Harga CPO juga kemungkinan akan mengikuti kenaikan harga CPO pesaingnya karena permintaan meningkat di tengah terhambatnya pasokan di Indonesia dan Malaysia akibat musim kemarau. Meski demikian, Mirae Asset memperkirakan harga tidak akan melonjak hingga mencapai puncak harga CPO pada tahun 2021-2022.

“Harga kami perkirakan relatif meningkat, namun kami juga memperkirakan harga tidak akan kembali ke puncaknya karena produksi dan pasokan masih relatif kuat,” tambahnya.

Selain itu, karena saat ini harga minyak goreng dalam negeri tetap dijaga pada tingkat terjangkau karena sensitivitasnya terhadap inflasi. Oleh karena itu, perkiraan kenaikan harga CPO global mungkin akan menguntungkan perusahaan-perusahaan yang mempunyai eksposur besar terhadap ekspor.

Baca Juga: Sektor Konsumer Dilanda Kekhawatiran Efek El Nino, Intip Rekomendasi Saham Berikut

Mirae Asset memperkirakan adanya potensi peningkatan permintaan batubara dari Tiongkok pada semester II-2023 yang berasal dari perkiraan peningkatan konsumsi energi.

 

“Kami tidak memperkirakan adanya lonjakan harga yang besar dalam jangka pendek karena melimpahnya pasokan batubara dari berbagai eksportir besar dan tekanan ekonomi yang dihadapi oleh Tiongkok dan pasar global,” tambahnya.

Darma merekomendasikan untuk dapat mencermati saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) dibandingkan dengan emiten batubara lainnya. Mengingat Average Selling Price (ASP) HRUM yang relatif lebih tinggi dan biaya tunai yang lebih rendah serta eksposur yang besar ke Tiongkok.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga berpotensi mendapatkan dampak positif dari kompensasi yang lebih tinggi, namun normalisasi Harga Batubara Acuan (HBA) juga bisa tidak memberikan manfaat yang signifikan.

Baca Juga: El Nino Tiba, Cermati Saham Emiten Ritel dan Konsumer yang Diproyeksi Tetap Tumbuh

Sedangkan kinerja perusahaan di industri nikel akan lebih diuntungkan untuk rentang jangka panjang.

“Secara jangka panjang, produsen nikel dan industri terkaitnya akan diuntungkan dari strategi hilirisasi (downstreaming) Indonesia terutama terkait dengan industri kendaraan listrik yang sangat tergantung dari baterai, di mana nikel merupakan bahan baku utama untuk baterai yang bagus,” kata Darma. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×