Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertengahan bulan Januari, Bursa Efek Indonesia (BEI) dirundung duka. BEI mengalami peristiwa force majeure atau di luar kendali kemampuan manusia. Sebab di luar prediksi, tempat yang menjadi ikon pasar modal ini, mendapat peristiwa dengan runtuhnya lantai Mezanine di Tower II, BEI.
Kejadian berlangsung sekitar pukul 12.00 atau saat jam istirahat. Lokasinya berada di selasar yang membentang dari Kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sampai dengan Kantor Cabang Bank Central Asia (BBCA). Panjangnya sekitar 25 meter yang terbentang di atas meja resepsionis dan gerai kopi, Starbucks.
Pegawai kantor yang bekerja di BEI menjadi korban. Selain itu, tamu berkunjung yang kebanyakan merupakan mahasiswa asal Palembang itu pun turut menjadi korban. Maksud hati ingin belajar pasar modal, namun mereka terkena musibah yang tidak diduga-duga.
Meski demikian, para korban langsung dilarikan ke sejumlah rumah sakit untuk ditangani petugas medis dengan lebih baik.
Eri Dwi Cahyono, salah satu pegawai yang berkantor di gedung BEI menyatakan sempat mendengar suara keras sebelum akhirnya atap jatuh. "Saya kira barang jatuh, tapi ini suara keras sekali," terang Eri kepada Kontan, di lokasi kejadian.
Kejadian itu langsung menyerap khalayak publik. Karyawan yang bekerja di BEI langsung berhamburan keluar. Terlihat, petugas keamanan terpaksa memecahkan kaca gedung sebagai jalur evakuasi bagi mereka yang masih terjebak di dalam gedung. Seiring dengan menyemutnya para pegawai, petugas medis juga nampak sibuk menolong korban yang berjatuhan.
Tito Sulistio, Direktur Utama BEI menyatakan awalnya dia mendengar bila ada bom. Namun, ternyata ketika dipastikan, ternyata ada kecelakaan konstruksi di gedung.
"Pas saya keluar pada bilang bom. Tapi saya angkutin para korban," ujar Tito di Pasific Place, Jakarta, Senin (15/1).
Dia menyatakan yang menjadi korban luka tidak mencapai puluhan orang. Sementara itu untuk korban patah tulang dia menyebut ada sekitar 4-5 orang. "Ambulan datang dan mengangkat korban terus dibawa ke rumah sakit terdekat," ujarnya.
Korban lantas dibawa ke Rumah Sakit AL Mintoharjo, RS Pusat Pertamina, RS Siloam Jakarta, RS Jakarta, dan rumah sakit lain. Tito memastikan hal ini merupakan musibah. Otoritas bursa juga akan memastikan hari itu juga kepada pihak pengelola gedung.
"Hari ini saya pastikan kepada pengelola gedung, Danayasa (Danayasa Arthatama)," tambahnya.
Gedung BEI dikembangkan PT Danayasa Arthatama Tbk (SCBD). Mengutip laman Sudirman Central Business District (SCBD), gedung ini terdiri dari dua menara kembar di antaranya yakni Tower 1 plus podium yang rampung dibangun pada 1994 dan Tower 2 yang selesai konstruksinya pada 1998.
Menara kembar ini menempati area seluas 25.280 meter persegi dengan nama jual atau trade mark Indonesia Stock Exchange. PT Cushman and Wakefield Indonesia ditunjuk sebagai pengelola gedung BEI. Hingga saat ini, BEI termasuk ke dalam jajaran perkantoran mewah dengan harga sewa termahal di Jakarta.
Tower I dirancang setinggi 140 meter mencakup 32 lantai. Demikian halnya dengan Tower II yang juga setinggi 140 meter berisi 32 lantai. Adapun manajemen pembangunan dari gedung yang sempat dikenal sebagai Bursa Efek Jakarta (BEJ) itu yakni PT First Jakarta International.
Kehadiran BEI mengubah kawasan SCBD sebagai pusat keuangan dan bisnis terkemuka di Jakarta. Gedung BEI juga menjadi pusat bagi sejumlah lembaga keuangan, perbankan, perusahaan energi, perusahaan asuransi, dan konsultan properti ternama.
Pihak PT Cushman and Wakefield Indonesia selaku pengelola gedung belum bisa menaksir berapa kerugian atas peristiwa tersebut. Pihaknya masih menunggu hasil Puslabfor Mabes Polri dan konsultasi struktur gedung. Tower 1 besok akan dapat berjalan normal.
Perdagangan normal
Lebih lanjut, Tito memastikan bila perdagangan tetap berlangsung normal. Saat ini, telah terkoneksi dengan baik dengan 108 broker. Pihak otoritas juga tidak melakukan switch mesin perdagangan karena masih berjalan normal. "Ini musibah," imbuhnya
Atas kejadian ini, otoritas bursa sempat menyebarkan informasi bahwa BEI akan mengundur perdagangan pada sesi II selama 1 jam. Namun, selang tak lama dari pengumuman tersebut, BEI merevisi dan menyatakan tetap akan melanjutkan perdagangan seperti biasanya tanpa ada perubahan jadwal.
Sejatinya, pada perdagangan Sesi I, Senin (15/1) indeks sempat berada pada level 6372,78. Indeks naik 0,04% dari level pembukaan pada 6.379,07. Indeks sempat mengalami koreksi sehat pada perdagangan hari Senin. Akhirnya indeks ditutup dengan tetap hijau. Pada perdagangan Senin (15/1), indeks bertengger pada level 6.382,19 atau meningkat 0,19%.
Bursa juga memastikan, atas kejadian tersebut tidak mengubah agenda ke depan. Termasuk di antaranya jadwal untuk menggelar initial public offering (IPO). Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan BEI menyatakan belum ada pemberitahuan pembatalan listing.
"Belum ada perubahan masih sesuain jadwal," kata Samsul.
Berdasarkan jadwal, pada Selasa (16/1), PT LCK Global Kedaton Tbk dijadwalkan akan melakukan pencatatan saham perdana di BEI. Perusahaan ini akan melepas 200 juta saham dengan harga Rp 208 per saham. Dari aksi ini, LCK Global diperkirakan akan mendapat dana IPO sebesar Rp 41,6 miliar.
Terkait dengan perdagangan pada Senin, Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan IHSG pada pagi lalu sempat dibuka menguat. Hal ini tak terlepas karena mendapat respons positif dari menguatnya indeks-indeks di regional Asia.
"Hal ini disebabkan oleh menguatnya harga komoditas dunia yang dipengaruhi oleh faktor depresiasi mata uang dolar AS," kata Nafan.
Namun, ketika terjadi sentimen negatif akibat hasil neraca perdagangan yang defisit, serta tragedi ambruknya selasar pada Tower II Bursa Efek Indonesia, IHSG sempat mengalami koreksi sehat. "Meskipun demikian, IHSG berhasil menguat lantaran stabilitas fundamental makroekonomi dalam negeri yang inklusif dan berkesinambungan," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News