kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Sejumlah komoditas bersinar pekan ini, simak rekomendasi saham dari Mirae Asset


Selasa, 03 November 2020 / 14:02 WIB
Sejumlah komoditas bersinar pekan ini, simak rekomendasi saham dari Mirae Asset
ILUSTRASI. Rekomendasi saham


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki pekan pertama di bulan November 2020, sejumlah komoditas diprediksi bakal memilih harga atraktif. Hal ini membuat sejumlah saham emiten komoditas mendapat keuntungan. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan menyebut, harga emas global akan berpotensi diperdagangkan lebih tinggi pekan ini. Sentimen positif datang seiring dengan meningkatnya kekhawatiran atas situasi Covid-19 yang memburuk di Benua Eropa.

“Dalam pandangan kami, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB),PT  Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan saham terkait emas lainnya akan menarik pekan ini,” kata dia dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Selasa (3/11).

Baca Juga: Pasar cenderung wait and see, ini rekomendasi saham Samuel Sekuritas, Selasa (3/11)

Selain itu, ada pula estimasi lebih tinggi untuk daya beli di Amerika Serikat (AS). Konsensus mencatat angka factory orders AS untuk bulan September meningkat menjadi 1,0% secara bulanan, dibandingkan dengan bulan sebelumnya di angka  0,7%. 

Sementara itu, konsensus memperkirakan bahwa klaim pengangguran (jobless claim) AS untuk periode 31 Oktober akan turun menjadi 735.000 orang, dari pekan sebelumnya di angka 751.000 orang.

Sementara itu, harga komoditas mineral lainnya seperti nikel dan timah global akan diperdagangkan dua arah, mengingat katalis dua sisi pekan ini. Dengan melihat sisi pasokan, Andy meyakini bahwa persediaan nikel di bursa London Metal Exchange (LME) akan lebih rendah  pekan ini. Selain itu, angka persediaan tembaga di LME akan turun pekan ini.

Hal tersebut akan menimbulkan risiko kenaikan harga nikel global karena harga tembaga dan nikel memiliki korelasi positif yang kuat. Sebagai catatan, pada 30 Oktober, inventaris tembaga LME turun 5% dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 171.300 ton. Jumlah ini juga turun 34,4% secara yoy.

Sementara untuk komoditas timah, Mirae Asset memperkirakan persediaan timah di LME akan lebih rendah dibandingkan pekan lalu. Hal ini kemungkinan akan menimbulkan risiko kenaikan harga timah dunia untuk minggu ini. Pekan lalu, 30 Oktober, persediaan timah LME turun menjadi 4.555 ton dari minggu sebelumnya di angka 4.955 ton.

Mirae Asset Sekuritas memperkirakan bahwa produksi minyak harian AS untuk  periode 30 Oktober akan lebih tinggi dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Sementara itu, input kilang minyak AS untuk 30 Oktober diproyeksi akan stagnan dibandingkan dengan minggu sebelumnya.

Baca Juga: Proyeksi IHSG dan rekomendasi saham pada perdagangan hari ini (3/11)

Secara keseluruhan, Mirae Asset memperkirakan bahwa harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) akan diperdagangkan pada harga yang bervariasi, mengingat kurangnya katalis positif.

Komoditas energi lainnya, yakni  batubara, juga diperkirakan bakal  diperdagangkan pada harga yang bervariasi mengingat adanya katalis campuran pekan ini. Salah satunya adalah memanasnya hubungan antara China dengan Australia.

Komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) juga akan diperdagangkan mixed pekan ini. Berdasarkan berita terbaru, survei ekspor CPO Malaysia pada tanggal 1 - 31 Oktober menunjukkan peningkatan yang mencapai 1.70 juta ton. 

Jumlah ini naik 4,3% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Dengan demikian, akan ada risiko kenaikan harga CPO global untuk pekan ini karena Andy memperkirakan permintaan CPO global sudah menunjukkan peningkatan.

Sementara itu, risiko penurunan harga CPO global akan datang dari Indonesia setelah Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto menyampaikan bahwa Indonesia akan menerapkan pungutan ekspor yang semakin besar (progresif) jika harga CPO melebihi US$ 695 per ton. Namun, sistem baru tersebut tidak akan efektif sampai Menteri Keuangan mengeluarkan peraturan baru.

Selanjutnya: Ini kontribusi pendapatan Lippo Karawaci (LPKR) hingga kuartal III-2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×