Reporter: Rashif Usman | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sederet emiten bakal melunasi obligasi yang jatuh tempo pada Desember 2024. Misalnya, emiten menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) telah menyiapkan dana untuk pelunasan Obligasi Berkelanjutan VI Tower Bersama Infrastructure tahap II tahun 2023, yang akan jatuh tempo pada 15 Desember 2024. Jumlah pokok obligasi tersebut adalah sebesar Rp 1,51 triliun.
Kemudian, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) menyediakan Rp 1,47 triliun untuk pembayaran obligasi berkelanjutan I bank BJB Tahun 2017 dan obligasi subordinasi berkelanjutan I Bank BJB Tahap I Tahun 2017 yang jatuh tempo pada 6 Desember 2024.
PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) juga akan melunasi pokok dan bunga obligasi berkelanjutan I Tahun 2019 yang akan jatuh tempo pada 19 Desember 2024 senilai Rp 616,5 miliar.
PT Indosat Tbk (ISAT) juga akan melunasi pokok obligasi berkelanjutan I Indosat Tahap I Tahun 2014 seri D dan menyiapkan dana Rp 360 miliar, yang akan jatuh tempo pada 12 Desember 2024.
Sedangkan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) telah menyiapkan dana untuk pelunasan penuh atas pokok Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2019 seri B senilai Rp 271 miliar yang akan jatuh tempo pada 19 Desember 2024.
Emiten Prajogo lainnya yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) akan melakukan pembayaran pokok Obligasi Berkelanjutan I Chandra Asri Petrochemical Tahap I Tahun 2017 Seri C yang akan jatuh tempo pada tanggal 12 Desember 2024 sebesar Rp 229,75 miliar.
Baca Juga: Menilik Untung Rugi Perluasan Saham yang Ditransaksikan di Pre-Opening
Prospek dan Rekomendasi Saham
Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, pembayaran obligasi yang jatuh tempo pada Desember 2024 akan memberikan dampak langsung pada arus kas atau cash flow perusahaan, terutama jika nilai pokok obligasi yang harus dilunasi cukup besar.
Menurutnya, emiten seperti TBIG, BJBR, HRTA, ISAT, BRPT, dan TPIA perlu memastikan likuiditas perusahaan tetap kuat untuk melunasi kewajiban ini tanpa mengganggu operasional sehari-hari.
Umumnya pelunasan ini dilakukan menggunakan dana kas internal, seperti yang dilakukan TBIG dan BJBR, atau melalui refinancing dengan menerbitkan obligasi baru seperti yang sering digunakan oleh perusahaan dengan kebutuhan likuiditas tinggi.
Selain itu, beberapa emiten juga memanfaatkan fasilitas kredit bank atau menjual aset non-inti sebagai alternatif.
"Keberhasilan pelunasan ini menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengelola risiko keuangan yang menjadi sinyal positif bagi investor," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Selasa (2/12).
Baca Juga: Rupiah Diproyeksi Lanjut Melemah di Perdagangan Selasa (3/12)
Dari sisi dampaknya terhadap kinerja saham, pembayaran obligasi ini dapat memiliki efek yang beragam tergantung pada kondisi likuiditas perusahaan dan sektor industrinya.
Ia mencontohkan, TBIG dengan likuiditas yang solid, cenderung mempertahankan stabilitas harga sahamnya, sementara sektor menara tetap memiliki prospek cerah karena tingginya kebutuhan data di era digital.
Selanjutnya, BJBR sebagai bank daerah dengan manajemen risiko yang baik menunjukkan daya tarik saham yang lebih tinggi, terutama dengan profitabilitas yang stabil.
Kemudian, HRTA meskipun tertekan oleh pelunasan obligasi, masih memiliki prospek positif mengingat potensi kenaikan harga emas global.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Lanjut Melemah Pada Selasa (3/12), Simak Saham Pilihannya
ISAT dan BRPT diperkirakan tidak akan terlalu terdampak karena likuiditas yang terjaga, dengan ISAT fokus pada ekspansi jaringan 5G dan BRPT yang memiliki katalis dari proyek energi terbarukan. TPIA, meskipun margin bisa tertekan dalam jangka pendek, tetap memiliki prospek cerah berkat pengembangan proyek petrokimia.
Hendra membeberkan sejumlah rekomendasi saham yang dapat dipertimbangkan ialah buy on weakness untuk ISAT di Rp 2.330 dengan target harga Rp 2.560, buy on weakness BJBR di Rp 935 dengan target harga Rp 990, dan buy on weakness BRPT di Rp 785 dengan target harga Rp 920.
Dia menilai prospek masing-masing emiten didukung oleh fundamental sektor yang kuat, kemampuan manajemen utang yang baik dan potensi pertumbuhan yang berkelanjutan.
"Investor disarankan untuk memanfaatkan peluang koreksi harga saham sebagai momen akumulasi, terutama untuk saham-saham dengan fundamental kuat dan prospek jangka panjang yang menjanjikan," tutupnya.
Baca Juga: IHSG Turun 0,95% ke 7.046, Senin (2/12), ADRO, PGAS, UNTR Top Gainers LQ45
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto memberikan rekomendasi saham untuk dicermati dari masing-masing emiten.
Pertama, buy saham TBIG dengan support Rp 1.930 dan resistance Rp 2.020. "Target harga ini untuk jangka pendek," ucap William kepada Kontan, Senin (2/12).
Kedua, wait and see saham BJBR di level support Rp 935 dan resistance Rp 1.005. Ketiga, wait and see saham HRTA dengan support Rp 340 dan resistance Rp 390.
Keempat, William melihat saham ISAT dalam tren menguat. Ia pun merekomendasikan untuk buy saham ini di level support Rp 2.340 dan resistance Rp 2.550.
Kelima, ia merekomendasikan untuk wait and see saham BRPT di support Rp 780 dan resistance Rp 930. Terakhir, buy saham TPIA di level support Rp 6.820 dan resistance Rp 7.770.
Selanjutnya: Elnusa (ELSA) Pastikan Kelancaran Pasokan LPG Jelang Akhir Tahun
Menarik Dibaca: Robert Kiyosaki Bilang, Orang yang Simpan 3 Aset Ini bakal Semakin Kaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News