Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yuwono Triatmodjo
SELL on May and go away. Saya sebetulnya kurang suka dengan istilah tersebut. Karena hal itu mengesankan, investor menjual sahamnya di bulan Mei dan tidak melakukan apa-apa setelahnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berangsur-angsur menuju titik terendah, setelah melewati bulan Mei. Seperti tahun lalu, IHSG bergerak dan mencapai posisi puncaknya di bulan Mei. Maka tak heran bila kemudian investor berseru sell on May and go away.
Prediksi saya, IHSG akan bergerak datar di bulan ini. Saya memperkirakan, sepanjang bulan ini, titik resistance IHSG akan berada di level 4.900 hingga 5.100. Sedangkan, titik support-nya berkisar antara 4.750 hingga 4.625.
Namun ingat, IHSG masih memiliki sentimen positif sampai pemilihan presiden (pilpres) mendatang. Kita juga akan menghadapi beberapa agenda sampai pilpres tersebut.
Misal, pengumuman calon wakil presiden (wapres). Saya melihat, pesaing Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres) yang disenangi pasar, belum kelihatan.
Saran saya, akan lebih baik jika investor yang ingin masuk menunggu IHSG menyentuh posisi support sebelum melakukan akumulasi. Namun demikian, saya kini menyarankan buy on weakness bagi pemodal.
Saya memprediksi, IHSG akan menyentuh titik tertingginya pada tahun ini di posisi 5.200 hingga 5.650. Dugaan saya, level 5.200 bisa dicapai sebelum pilpres. Apalagi, kini banyak emiten menunjukkan kinerja yang cemerlang. Meski ada juga juga emiten yang malah mencatatkan penurunan kinerja.
Pertumbuhan ekonomi yang sedikit melambat memang menyebabkan beberapa sektor saham bermasalah. Ambil contoh, sektor konsumer, ritel, dan properti. Meski begitu, ada sedikit kejutan dari emiten komoditas yang sukses membukukan pertumbuhan pendapatan cukup baik.
Membaiknya harga komoditas, tetap menjadi daya pikat saham-saham tersebut di pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News