Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Ruisa Khoiriyah
JAKARTA. PT Humpus Intermoda Transportasi Tbk (Humpuss) berupaya keluar dari jerat kerugian. Perseroan berniat memfokuskan bisnis pada sektor yang memberikan peluang margin laba besar.
Dus, selain akan menggarap angkutan kapal untuk komoditas minyak dan gas, Humpuss juga berniat membentuk anak usaha baru di sektor jasa logistik. Untuk keperluan itu, Humpuss akan menggandeng partner usaha.
Permadi Soekasah, Direktur Pengembangan Bisnis Humpuss, menuturkan, saat ini manajemen masih dalam proses pembicaraan dengan calon mitra dari Korea Selatan. "Porsi kami mayoritas yaitu 51%, sisanya mereka (Korea)," ujar Permadi, akhir pekan lalu.
Bentuk perusahaan baru itu nanti memang perusahaan patungan. Adapun mekanisme penyertaan modal masih dalam pembicaraan. "Bisa saja nanti kami yang menyediakan kapalnya, tapi ini masih dibahas," imbuh Permadi.
Permadi belum bisa menjelaskan perkiraan besar modal yang dibutuhkan. Humpuss sendiri saat ini tercatat memiliki 27 kapal pengangkut.
Yang pasti, perusahaan logistik patungan itu nanti akan mengangkut bahan-bahan kimia dari Malaysia ke Surabaya. Harapan Humpuss, anak usaha baru itu sudah bisa berdiri tahun ini juga.
Theo Lekatompessy, Direktur Utama Humpuss, menambahkan, beberapa sektor bisnis yang memberikan margin untung besar di antaranya adalah jasa pengangkutan migas dan logistik.
Maka itu, Humpuss memfokuskan peruntungan di sektor-sektor itu tahun ini. Namun, akibat keterbatasan modal untuk berekspansi, Humpuss memerlukan mitra usaha agar pengembangan bisnis bisa berjalan optimal.
Maklum, pengelola Humpuss hanya bisa menggunakan dana ekspansi sebesar 50% dari total modal perseroan tahun ini, yaitu sebesar Rp 190 miliar saja.
Hal ini menyusul penolakan para pemegang saham atas laporan pertanggungjawaban direksi dan laporan keuangan perseroan tahun buku 2011 (Harian KONTAN, 30 Juni 2012). "Tapi, pemegang saham mengesahkan rencana-rencana bisnis perseroan yang going concern," jelas Theo.
Humpuss mengejar target laba bersih tahun ini sebesar Rp 4 miliar. Tahun lalu, perusahaan milik Tommy Soeharto ini masih menanggung rugi Rp 218 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News