Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Pergerakan harga emas cederung stagnan dalam sepekan terakhir. Emas belum mampu berkilau lantaran menunggu hasil rapat Federal Market Open Committee (FOMC). Mengutip Bloomberg, Rabu (29/7) pukul 19.40 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2015 di bursa Commodity Exchange turun tipis 0,14% menjadi US$ 1.095,20 per ons troi.
Analis SoeGee Futures Alwy Assegaf mengatakan, pergerakan harga emas menunggu hasil FOMC meeting. Saat ini investor atau pelaku pasar masih khawatir dengan kemungkinan Bank Central Amerika Serikat (The Fed) menaikkan tingkat suku bunga. "Jadi, sejak minggu lalu harga emas terus mengalami tekanan bahkan harga sempat jatuh 3% dan mencatat level terendah di US$ 1.070 per ons troi," ungkap Alwy.
Kekhawatiran naiknya suku bunga The Fed terus membayangi prospek emas. Apalagi, jika The Fed kembali membuat sinyal kenaikan suku bunga di tahun ini. Bahkan, beberapa analis memperkirakan suku bunga The Fed akan mengalami kenaikan dua kali, yakni pada bulan September dan Desember tahun ini. Jika hal ini terjadi, maka daya tarik emas akan semakin berkurang. Maklum, dengan naiknya suku bunga, maka nilai tukar Dollar AS akan semakin menguat. Penguatan dollar AS inilah uang nantinya menjadi sentimen berat untuk emas.
Permintaan emas di negara China juga terus menurun, mengingat perekonomian di negeri tirai bambu masih lesu. Hal ini ditandai dengan anjloknya bursa saham di Shanghai. Hal tersebut membuat dana di China lebih banyak dialokasikan ke pasar saham untuk menjaga stabilitas pasar saham.
Selain China, konsumen emas terbesar adalah India. Namun, impor emas di India juga mengalami penurunan ke level terendah dalam lima kuartal. Minimnya permintaan emas fisik ditambah minat beli investor yang menurun membuat emas minim katalis. "Sentimen yang bisa mendorong emas tidak ada sehingga sampai akhir tahun kondisi ini kemungkinan akan berlanjut," imbuh Alwy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News