kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.689   79,00   0,47%
  • IDX 6.778   28,63   0,42%
  • KOMPAS100 979   5,85   0,60%
  • LQ45 761   3,89   0,51%
  • ISSI 216   1,32   0,62%
  • IDX30 395   1,67   0,43%
  • IDXHIDIV20 471   0,32   0,07%
  • IDX80 111   0,52   0,47%
  • IDXV30 115   0,03   0,02%
  • IDXQ30 129   0,68   0,53%

Saham sektor konsumer menjadi primadona


Rabu, 04 Februari 2015 / 08:40 WIB
Saham sektor konsumer menjadi primadona
ILUSTRASI. Perjalanan bisnis Kenzo Tsujimoto di industri gim tidak selalu berjalan mulus.


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Investor tengah memburu saham sektor konsumer. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), indeks saham sektor konsumer sudah naik 4,82%. Angka itu lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang cuma tumbuh 1,24% (ytd).

Analis Mandiri Sekuritas Herman Koeswanto dalam riset pada 26 Januari menilai, gaya hidup konsumerisme di Indonesia menyebabkan barang konsumsi rumah tangga dan perawatan tubuh (personal care) masuk menjadi kategori yang tumbuh paling cepat di segmen fast moving consumer goods. Peningkatan itu didorong berkembangnya warga kelas menengah dan peralihan perilaku konsumen untuk memenuhi gaya hidup yang lebih tinggi.

UNVR sebagai saham paling likuid dan memimpin sektor industri barang konsumsi Indonesia telah mencatatkan reli kenaikan harga 25% sejak Maret 2014.

Herman menilai, pendorong reli kuat itu sejumlah faktor, yakni penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah, ekspektasi cerahnya prospek industri di tengah reformasi infrastruktur Presiden Joko Widodo serta rendahnya harga bahan bakar minyak (BBM). "Valuasi perseroan mendongkrak harga sahamnya. UNVR hampir mencapai rekor tertinggi dan terlihat kurang menarik lagi," tutur Herman.

Kepala Riset Bahana Securities Harry Su menyadari tingginya valuasi saham konsumer. Meski begitu, dia menilai, para analis akan mengerek estimasi pertumbuhan kinerja emiten. Sehingga, rasio harga saham per laba atau price to earning ratio (PER) saham konsumer akan menurun. "Valuasi saat ini belum mencerminkan kondisi sebenarnya," ujar Harry.

PER saham konsumer seperti UNVR, ICBP, KLBF sekitar 30 kali. Namun setelah para analis merevisi target kinerja emiten konsumer, PER sektor itu bisa turun menjadi 27 kali.

Kepala Riset Recapital Securities Andrew Argado menilai, PER konsumer 32,83 kali. Tapi dia tak menganggap mahal, mengingat Saham sektor konsumer masih berpotensi naik. Ia memprediksi, kinerja emiten konsumer masih mampu naik 11%-12% di 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×