Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin tak terduga. Indeks komposit ini Tampaknya masih tertekan sentimen pelemahan rupiah dan global.
Pada akhir perdagangan Jumat (27/10), IHSG ditutup menguat 0,66% ke level 6.758,79. Di sisi lain, investor asing masih mencetak net sell Rp 540,54 miliar.
Nilai net sell asing semakin membengkak. Secara year to date alias sepanjang 2023, nilai jual bersih asing di pasar saham mencapai Rp 11,60 triliun.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, seharusnya rilis laporan keuangan para emiten bisa mencegah pelemahan IHSG.
Baca Juga: Arah IHSG Semakin Sulit Ditebak, Analis Rekomendasikan Saham Ini
Pada periode awal ini, bank besar dengan market caps jumbo mampu menjaga pertumbuhan laba bersih sepanjang sembilan bulan pertama di 2023.
"Investor akan menyambut positif dan melakukan akumulasi di harga saham yang terdiskon," kata Nafan saat dihubungi Kontan, Minggu (29/10).
Namun pergerakan IHSG masih dibayangi oleh sentimen negatif. Salah satunya, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pergerakan Rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) dan pasar spot kompak melemah. Pada Jumat (27/10), rupiah Jisdor melemah 0,05% menjadi Rp 15.941 per dolar AS.
Sementara di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 15.939 per dolar AS atau melemah 0,12% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 15.870 per dolar AS.
Baca Juga: Dirut Bank Negara Indonesia (BBNI) Beberkan Keberhasilan dalam 4 Tahun Terakhir
Nafan mengatakan pelemahan rupiah disebabkan oleh arah kebijakan The Fed dan sehubungan dengan kenaikan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun.
"Wajar dolar AS menjadi instrumen yang menarik diburu sehingga pelemahan rupiah dapat mempengaruhi pergerakan pasar saham dan IHSG," kata dia.
Direktur Utama RHB Sekuritas Indonesia Thomas Nugroho mencermati secara teknikal, pergerakan IHSG sudah lama dalam tren sideways seiring dengan larinya dana investor asing.
Menurutnya pemicu utamanya adalah pelemahan nilai tukar rupiah. Saat ini pelaku pasar sedang cemas dan mewanti-wanti kalau Rupiah menembus Rp 16.000 per dolar AS.
"Jika pelemahan rupiah terjadi akan berlanjut ke pasar. Jadi memang pasar kondisinya sedang tidak bagus, ada perang hingga pemilu," jelas Thomas.