Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT PP Properti Tbk (PPRO) masih bertengger di level gocap. Berdasarkan data RTI, saham PPRO sudah tidak bergerak dalam tiga bulan terakhir. Padahal, saham ini sempat menjadi buruan investor setelah penawaran perdana di tahun 2015 silam.
Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian mengatakan, nilai saham PPRO yang rendah disebabkan oleh potensi fluktuatif yang tinggi pada pendapatan PP Properti. Proyek PPRO saat ini banyak di bangunan tinggi (high rise) yang terdampak oleh implementasi PSAK 72.
"PPRO juga memiliki utang yang cukup banyak dan cukup kesulitan melakukan pembayaran Rp 1,3 triliun di semester dua ini," kata Joey kepada Kontan.co.id, Kamis (22/10).
Sehingga, PT PP Tbk (PTPP) selaku induk usaha membantu memberikan shareholder loan sebesar Rp 500 miliar ke PP Properti untuk membantu mengatasi permasalahan likuiditas.
Baca Juga: PT PP Properti Tbk (PPRO) Mengejar Penyelesaian Hotel Untuk MotoGP Tahun Depan
Tekanan lain juga datang dari strategi PP Properti yang agresif dalam investasi bernilai besar di Aeropolis yang saat ini belum dapat dimonetisasi. Proyek tersebut masih dalam tahap pengembangan awal.
Sehingga dalam jangka pendek ini prospek PPRO dinilai Joey masih kurang baik. Investor harus melihat perkembangan hasil dari proyek Aeropolis dan upaya PPRO dalam mengembangkan produk rumah tapak. "Ya, menunggu investasi ini menghasilkan baru memiliki prospek positif dan strategi untuk menstabilkan pendapatan dengan cara menambah portofolio landed residential," imbuh Joey.
Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menambahkan, pergerakan saham PPRO di level gocap sejalan dengan penurunan kinerjanya. Selama dua tahun terakhir, Sukarno melihat pendapatan PP Properti terus menurun. Rasio profitabilitas juga terus turun sejak awal penawaran umum perdana.
Baca Juga: Pefindo tegaskan peringkat idBBB- untuk PP Properti (PPRO)
Di sisi lain, utang PPRO terus meningkat. "Peningkatan utang tanpa diikuti peningkatan pendapatan itu namanya penurunan kinerja. Utang yang tinggi menjadi beban untuk PPRO dan secara bottom line tidak akan maksimal," ujar Sukarno.
Dus, untuk bangkit dari level gocap, PPRO harus bisa memaksimalkan pendapatan dan efisiensi beban. Apalagi saat ini prospek di sektor properti dinilai memiliki harapan terdorong sentimen positif omnibus law, dan pemulihan ekonomi di tahun depan dengan asumsi vaksin Covid-19 bisa digunakan.
Joey merekomendasikan investor dengan horizon panjang untuk mendiamkan saham PPRO. Sedangkan Sukarno merekomendasikan untuk wait and see terlebih dahulu.
Baca Juga: Genjot kinerja, PP Properti (PPRO) bakal serah terima 7 proyek di kuartal IV-2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News