Reporter: Yuwono Triatmodjo, Veri Nurhansyah Tragistina, Narita Indrastiti, Sofyan Nur Hidayat, Cindy Silviana Sukma | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Emiten-emiten grup besar telah merilis kinerja per September 2013. Banyak yang sukses mencetak hasil positif, namun tak sedikit juga emiten yang kinerjanya menurun.
Emiten Grup Lippo, termasuk kinerjanya tumbuh tinggi hingga kuartal III 2013. PT Multipolar Tbk (MLPL), misalnya, bahkan membukukan kenaikan laba bersih hingga 2.394,96% year on year (yoy) menjadi Rp 1,54 triliun. Lonjakan laba MLPL akibat penjualan 4,4% saham PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) di kuartal I-2013.
Tapi, analis Danareksa Sekuritas, Anindya Saraswati berpendapat, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) punya prospek yang lebih menarik ketimbang emiten Grup Lippo lain. Selain bisnis properti yang tengah naik daun, LPKR juga punya bisnis healthcare (kesehatan) di bawah kendali PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).
Dalam hitungan Anindya, net margin LPKR mencapai 19%. Dengan asumsi ini, diperkirakan pada akhir 2013, laba bersih LPKR akan naik 34,2% menjadi Rp 1,60 triliun.
Nasib berbeda dialami emiten Grup MNC yang mayoritas mencetak penurunan laba bersih sebagai imbas dari depresiasi rupiah. Kinerja bisnis media, yang menjadi tulang punggung bisnis Grup MNC melambat.
Dari tujuh saham emiten Grup MNC, Lucky Bayu Purnomo, analis Danareksa Sekuritas hanya merokemendasikan dua saham. Yakni, saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY).
Meski MSKY merugi, namun, secara jangka panjang, prospeknya bagus dengan pertumbuhan pelanggan yang kian meningkat. Harga saham MNCN dan MSKY diprediksi masih bisa tumbuh 9%-10%.
Kinerja emiten Grup Astra juga melemah di tahun ini. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Robertus Hardy mengatakan, kontribusi paling dominan di Astra berasal dari sektor otomotif, alat berat dan komoditas. Apesnya, harga-harga komoditas masih melesu di tahun ini sehingga kinerja Grup Astra menurun.
Tapi, lanjut Robertus, dalam jangka panjang, bisnis otomotif Astra masih terus menggeliat dan tetap menjadi tulang punggung perusahaan ini. Diantara, saham emiten Grup Astra, yang paling menarik tetap saham sang induk, PT Astra International Tbk (ASII). Dia memberikan rekomendasi buy saham ASII dengan target harga Rp 7.350 per saham. Harga ini merefleksikan rasio harga berbanding laba bersih per saham atau price to earning ratio (PER) 16,22 kali.
Berbeda dengan emiten Grup Astra dan Grup MNC, rata-rata kinerja emiten Grup Sinarmas hingga kuartal III 2013, masih positif.
Toh begitu, tak semua saham emiten Grup Sinarmas direkomendasikan analis. Dalam penilaian analis Net Sekuritas, Fadli, saham-saham Grup Sinarmas yang layak direkomendasikan antara lain saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM). Ketiganya memiliki prospek yang lumayan cerah di tahun 2014.
Khusus untuk BSDE, meski prospek properti di tahun depan terhambat dengan aturan kebijakan batasan pinjaman alias loan to value (LTV), namun BSDE masih mampu eksis berkat cadangan lahan alias landbank yang luas dan pendanaan yang kuat. Sementara INKP dan TKIM yang mampu menekan biaya usaha, diproyeksikan Fadli bakal mencatatkan hasil yang positif di 2014.
Ketimbang grup lain, Kepala Riset Bahana Securities Harry Su bilang, kinerja emiten BUMN paling menonjol, terutama BUMN perbankan. "Kinerjanya outperform," jelas Harry. Ia sendiri merekomendasikan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang laba bersihnya naik 29,8% di kuartal III 2013. Pertumbuhan laba BBNI itu paling tinggi dari emiten bank BUMN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News