Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Harga saham emiten pendatang baru masih meningkat. Saham PT Inti Bangun sejahtera Tbk (IBST) misalnya. Pada pertama kali melantai di BEI (31/8), harga IBST dibuka Rp 1.000.
Harga IBST terus melambung hingga mencapai puncaknya pada 11 September, yaitu Rp 5.500 per saham. Itu berarti, harga saham IBST naik 4,5 kali lipat.
Saham pendatang baru yang juga moncer adalah PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA). Saat listing (10/4), harga ESSA adalah Rp 610 per saham. Per 8 Oktober silam, harga ESSA Rp 2.825.
Felix Sindhunata, Kepala Riset Henan Putihrai Securities menuturkan, kondisi pasar modal secara umum di tahun ini sebenarnya kurang kondusif bagi perusahaan yang hendak melakukan initial public offering (IPO).
Dampak paling besar terasa pada emiten yang berkaitan dengan komoditas. Terlihat pada emiten batubara yang baru IPO tahun ini, PT Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA). Harga IPO TOBA Rp 1.900 per saham. Namun, Kamis (8/11), harga TOBA anjlok 30% ke Rp 1.330 per saham.
Saham IPO dijadikan pelarian di saat saham bluechip mulai merangkak terbatas. "Tren harga saham IPO masih naik," kata Felix.
Pasar modal memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan. Fundamental perusahaan dan prospek industri yang bisa menentukan kinerja saham IPO.
Pendapat Yanuar Rizki, Pengamat pasar modal, kualitas kinerja saham IPO di BEI sebenarnya tidak merata. Sebab, banyak saham IPO yang cukup likuid dan mampu meraih kenaikan harga cukup signifikan. Tapi, ada saham yang tidak likuid dalam perdagangan dan harganya juga terjungkal.
Yanuar menganalisa, pemicunya dari struktur pasar modal Indonesia tak mengenal pengendali likuiditas (liquidity provider). Padahal, skema ini sudah diterapkan di bursa dunia seperti Nasdaq dan Dow Jones.
Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri menilai, karakteristik saham IPO berisiko tinggi. "Bermain di saham IPO itu sangat spekulatif," ujar Kiswoyo. Jadi sebaiknya, saham IPO digunakan investasi jangka pendek. Dia juga menyarankan menunggu dua tahun jika ingin menggunakan saham IPO sebagai wadah investasi jangka panjang. "Investor harus melihat kinerja keuangan, komitmen manajemen dan stabilitas harga," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













