kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Saham Indofood (INDF) dipandang layak beli seiring kinerja yang masih solid


Rabu, 17 Juli 2019 / 20:47 WIB
Saham Indofood (INDF) dipandang layak beli seiring kinerja yang masih solid


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek bisnis PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) di atas kertas masih cukup solid memasuki semester kedua tahun ini. Walau memang, tantangan yang bakal mempengaruhi kinerja emiten ini tetap ada.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menilai, segmen bisnis makanan yang dijalankan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan segmen Bogasari masih akan menjadi penopang utama kinerja INDF tersebut di sisa tahun ini.

Sekadar catatan, pendapatan ICBP di kuartal I-2019 lalu mencapai Rp 10,82 triliun atau naik 13,4% (yoy) secara tahunan. Begitu pula dengan segmen Bogasari yang mencatat pendapatan sebesar Rp 5,72 triliun alias tumbuh 17,2% (yoy). Adapun pendapatan INDF secara keseluruhan naik 8,7% (yoy) menjadi Rp 19,17 triliun.

“Kontribusi ICBP dan Bogasari mencapai 70%-80% dan sepertinya akan terus seperti itu ke depannya,” ujar Suria, Rabu (17/7).

Dia menambahkan, kondisi kurs rupiah yang kembali menguat di bawah level Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen positif bagi INDF. Ini mengingat harga bahan baku gandum yang diimpor oleh ICBP untuk kebutuhan produksi mi instan menurun.

Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe berpendapat, walau beban impor bahan baku berkurang akibat penguatan rupiah, INDF tak lantas langsung menurunkan harga produk makanan seperti mi instan yang dijual anak usahanya.

Sebab, biasanya perusahaan berupaya menghabiskan terlebih dahulu stok makanan yang lama ketika harga bahan bakunya masih lebih mahal. Setelah stok menipis atau habis, perusahaan akhirnya menjual produk makanan yang lebih baru ke pasar. “Jadi kalau 2—3 bulan ke depan kurs rupiah stabil seperti sekarang, kemungkinan INDF bakal lebih untung,” kata dia, hari ini.

Di sisi lain, segmen agribisnis dinilai masih akan menjadi pemberat kinerja INDF di sisa tahun ini. Performa segmen ini kurang memuaskan seiring lemahnya harga crude palm oil (CPO) sepanjang 2019 berjalan. Di semester pertama lalu, harga CPO yang tercatat di Bloomberg merosot hingga 11,08%.

Jika merujuk pada laporan keuangan INDF di kuartal satu lalu, pendapatan segmen agribisnis sebenarnya masih mencatat pertumbuhan 2,7% (yoy) menjadi Rp 3,26 triliun. Akan tetapi, EBIT margin segmen tersebut turun tajam 760 bps menjadi 3,4%.

Kiswoyo berujar, segmen agribisnis masih akan sulit lepas dari tekanan mengingat kinerjanya sangat bergantung pada pergerakan harga CPO di pasar global. “Pendapatan INDF mungkin masih sulit untuk menembus level dua digit jika segmen agribisnis belum membaik,” tuturnya.

Terlepas dari itu, Kiswoyo tetap merekomendasikan beli saham INDF dengan target Rp 8.500 per saham.

Rekomendasi beli juga disematkan oleh Suria dengan target serupa yaitu Rp 8.500 per saham. Ia memprediksi, pendapatan INDF akan mencapai Rp 79,23 triliun pada akhir tahun ini, sedangkan laba bersihnya mencapai Rp 4,56 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×