Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) masuk dalam sebagai konstituen IDX30, LQ45, dan IDX80. Hal ini mengacu pada surat pengumuman Bursa Efek Indonesia (BEI) pada diterbitkan 31 Mei 2022.
GOTO menggulingkan posisi saham PT Waskita Karya (Perseroan) Tbk (WSKT) di IDX30 dan Indeks LQ45. Sementara, di IDX80 GOTO menggantikan posisi PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI).
Masuknya emiten berkode saham GOTO ini berkat jalur cepat atau fast entry yang diberikan oleh BEI. GOTO baru efektif akan masuk ke dalam tiga indeks tersebut mulai 8 Juni mendatang.
Baca Juga: Tokopedia Lakukan Penyesuaian Tarif Layanan, Ini Alasannya
Masuknya saham GOTO ke dalam tiga indeks tersebut tentunya juga bisa menjadi hal baru bagi para manajer investasi (MI) dalam menyusun portofolionya. Mengingat, GOTO memiliki kapitalisasi pasar jumbo mencapai Rp 407 triliun yang bisa menjadi penggerak indeks.
Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Toufan Yamin berpendapat masuknya GOTO ke tiga indeks tersebut bisa menjadi pendorong untuk para MI untuk mengoleksi saham teknologi ini. Namun, ini kembali lagi pada masing-masing strategi MI.
"Balik lagi, ibarat pedang bermata dua. Misal, (MI) gak punya saham GOTO, tapi pas GOTO naik reksadananya tidak bergerak, tapi waktu saham GOTO turun seperti beberapa waktu lalu jadi diuntungkan karena enggak beli GOTO," kata Toufan kepada Kontan.co.id, Kamis (2/6).
Baca Juga: Jadi Penghuni Baru Indeks LQ45, Saham GOTO Melesat 13,16% Lewati Harga IPO
Menurut Toufan, bagi MI yang punya strategi pasif atau indexing, GOTO bisa menjadi pilihan karena punya bobot yang tinggi di indeks tersebut. Namun, kalau MI yang kecenderungan value investing, kecil kemungkinan GOTO dilirik.
Sementara itu, Toufan menyebut Sucorinvest AM menggunakan strategi tactical dalam mengoleksi GOTO dan tidak terlalu memperhitungkan bobotnya terhadap indeks. Adapun porsi saham GOTO di portofolio reksadana Sucorinvest AM yang berbasis saham tidak lebih dari 2%.
"Kami masih akan jaga di level yang sama seperti sekarang. Fokus utama kami di sektor komoditas, untuk sektor teknologi menurut kami cukup berat karena secara historis ketika ada kenaikan tren suku bunga secara global akan berat kepada sektor teknologi karena sensitif," kata dia.
Pertimbangan lainnya datang dari segi valuasi malah karena dari kinerja keuangannya sendiri masih membukukan rugi sehingga masih lama untuk bertumbuh. Selain itu, dia bilang Sucorinvest AM lebih mencari perusahaan yang valuasinya murah, diuntungkan dengan kondisi ekonomi dan rajin bagi dividen apa lagi yang jumbo seperti perusahaan komoditas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
