kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham farmasi kompak menguat di tengah munculnya varian baru Covid-19


Senin, 29 November 2021 / 19:37 WIB
Saham farmasi kompak menguat di tengah munculnya varian baru Covid-19


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham sektor farmasi kompak parkir di zona hijau pada perdagangan Senin (29/11). Saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) memimpin dengan penguatan hingga 9,33% ke harga Rp 1.875 per saham, disusul saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang melesat 6,64% ke harga Rp 2.570 per saham, dan saham PT Indofarma Tbk (INAF) meningkat 6,38% ke harga Rp 2.500 per saham.

Selanjutnya ada saham PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) yang naik 2,94% ke harga Rp 1.050 per saham, diikuti oleh saham PT Phapros Tbk (PEHA) yang naik 1,75% ke harga Rp 1.167 per saham, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga menguat 0,94% ke harga Rp 1.605 per saham, PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) menanjak 0,36% ke harga Rp 2.810 per saham, dan PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) yang naik 0,34% ke harga Rp 1.485 per saham.

Sementara itu, saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) terpantau stagnan di harga Rp 915 per saham.

Baca Juga: Simak proyeksi IHSG dan rekomendasi saham untuk perdagangan Selasa (30/11)

Penguatan mayoritas saham farmasi tersebut di tengah munculnya virus Covid-19 varian baru yakni omicron. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menjelaskan, prospek saham sektor farmasi masih terbilang normal di tengah adanya varian baru. Meski begitu, saham sektor ini masih memiliki peluang untuk kembali menguat secara teknikal.

“Tapi, bisa turun juga karena dalam sehari naiknya sudah signifikan. Sentimen positif untuk harganya lebih faktor teknikal, di tengah varian baru Covid-19," kata Sukarno, Senin (29/11).

Lebih lanjut Sukarno bilang, sentimen negatif untuk saham sektor ini datang dari kenaikan harga bahan baku. Dia melihat emiten farmasi masih bisa mencetak pertumbuhan kinerja tapi sudah tidak terlalu signifikan.

Baca Juga: Mayoritas Bursa Asia rontok tertekan sentimen penyebaran varian omicron

Analis Philip Sekuritas Helen juga menyampaikan hal senada. Tingginya harga bahan baku masih jadi sentimen negatif untuk sektor farmasi.

Di lain sisi, menurut Helen, munculnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi vitamin dan suplemen guna menjaga daya tubuh masih jadi sentimen positif untuk emiten farmasi.

Dari jajaran saham farmasi, Helen menjagokan saham KLBF dan SIDO, ia merekomendasikan beli saham tersebut dengan TP masing-masing di Rp 1.750 per saham dan Rp 1.000 per saham.

Baca Juga: IHSG menguat 0,71% pada Senin (29/11), net sell asing mencapai Rp 1,17 triliun

Secara teknikal jangka pendek, Sukarno melihat saham KAEF, INAF, dan KLBF menarik untuk dipertimbangkan. Sementara dilihat secara fundamental saham KLBF dan TSPC bisa jadi pilihan.

Sukarno merekomendasikan trading buy untuk jangka pendek saham-saham tersebut. “Untuk jangka panjangnya bisa hold saham KLBF, untuk yang lain cenderung wait and see,” pungkas Sukarno.

Baca Juga: Loyo, rupiah Jisdor anjlok ke Rp 14.340 per dolar AS pada Senin (29/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×