Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham masih tertekan di awal semester kedua ini. Indeks Harga Saham Gabungan hanya tercatat naik 0,68% sejak awal tahun hingga akhir sesi I, Senin (19/7).
Menurut Investment Specialist Sucor Asset Management Toufan Yamin, di tengah kondisi seperti ini reksadana saham masih cocok jadi pilihan investasi. Apalagi bila kita mempunyai tujuan investasi jangka panjang.
“Karena pasar sedang koreksi, dan valuasi kembali menarik, apalagi dengan kondisi fundamental kalau dari pertengahan 2021 ada perubahan signifikan,” kata Toufan kepada Kontan.co.id, Jumat (16/7).
Toufan juga melihat bahwa saat ini ada anomali. IHSG dan LQ45 yang biasanya tidak terpaut jauh, kini mencatat perbedaan return yang besar. Menurut data BEI, IHSG menguat 1,56% sejak awal tahun hingga Jumat (16/7). Sedangkan LQ45 justru merosot 9,38% pada periode yang sama.
Baca Juga: Pasar masih terpapar dampak corona, investor reksadana bisa apa?
Toufan mengatakan bahwa yang menopang IHSG saat ini adalah di saham-saham seperti ARTO, EMTK, dan di awal tahun ada ANTM. Terkoreksinya saham blue chip yang mengisi indeks LQ45 saat ini karena sentimen sejak bulan Maret, investor lebih memilih saham digital.
“Sedangkan sektor-sektor ekonomi riil seperti bank, tidak terlalu dihiraukan oleh pelaku pasar. Kalau dilihat sendiri juga reksadana saham banyak yang underperfrom terhadap IHSG, karena banyak reksadana saham berinvestasi di saham-saham blue chip,” kata Toufan.
Ini 10 saham movers IHSG sejak awal tahun berdasarkan data BEI:
Baca Juga: Cermati Obligasi dan Reksadana, Pelaku Pasar Beralih ke Portofolio Berisiko Rendah
Sedangkan 10 saham laggard IHSG adalah
Baca Juga: Meski pandemi, aset investasi industri asuransi jiwa terus bertumbuh di pasar modal