kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saham Blue Bird terlempar dari Indeks MSCI Indonesia


Rabu, 14 Februari 2018 / 09:04 WIB
Saham Blue Bird terlempar dari Indeks MSCI Indonesia
ILUSTRASI. Sopir Blue Bird Memperlihatkan Aplikasi My Blue Bird


Reporter: Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) tak lagi masuk dalam indeks MSCI Indonesia. Salah satu penyebabnya lantaran likuiditas saham transportasi ini menurun.

Dalam review indeks kuartalan, Senin (12/2) lalu, MSCI mengeluarkan enam saham dari daftar MSCI Global Small Cap Indexes. Dari bursa Indonesia, MSCI mengeluarkan saham BIRD dari indeks saham dengan kapitalisasi pasar rendah tersebut.

Analis Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan mengatakan, keluarnya BIRD likuiditas saham perusahaan taksi itu memang turun. "Nilai transaksi harian BIRD turun 60% year-on-year (yoy) pada tahun lalu jadi hanya Rp 1,6 miliar per hari," ujar dia kepada KONTAN, Selasa (13/2).

Menyusutnya likuiditas saham emiten taksi ini, menurut Alfred, dipengaruhi penurunan kinerja pada tahun lalu. Hal ini akibat maraknya operasi transportasi online.

Hingga akhir September 2017, BIRD meraih pendapatan Rp 3,13 triliun, turun 14,25% year-on-year (yoy). Di periode ini, pendapatan taksi menurun 15,54% menjadi hanya Rp 2,59 triliun.

Meski begitu, pada tahun ini BIRD punya peluang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi mencapai 5,4% tahun ini bisa mendukung bisnis BIRD. Sebab, jasa transportasi masih jadi kontributor terbesar ketiga bagi pertumbuhan ekonomi di tanah air.

Peraturan Menteri Perhubungan No. 108/2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek bisa membatasi perkembangan taksi online. Ini berpotensi membuka ruang pertumbuhan taksi konvensional, termasuk BIRD.

Di sisi lain, kehadiran taksi online menyebabkan taksi konvensional lain yang menjadi kompetitor BIRD semakin berkurang. Porsi BIRD pun bertambah akibat gugurnya para kompetitor.

Walaupun layanan transportasi online tetap terus menghantui BIRD, Alfred menilai emiten taksi ini tak seharusnya menganggap transportasi online sebagai kompetitor, tetapi sebagai mitra. Sebab, layanan transportasi online seperti Go-Jek, Grab, dan Uber hanya menyediakan jaringan, bukan aset seperti BIRD. "Seperti kolaborasi mereka dengan Go-Jek, misalnya, harus terus dimanfaatkan agar pendapatan BIRD bisa terus tumbuh di masa depan," tutur Alfred.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×