kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saatnya memburu reksadana


Selasa, 25 Juni 2013 / 08:26 WIB
Saatnya memburu reksadana
ILUSTRASI. Rumah tumbuh adalah konsep rumah yang pembangunannya bisa dilakukan secara bertahap. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Wahyu Satriani, Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pasar reksadana ikut terkena imbas tekanan inflasi tinggi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Ini terlihat dari rata-rata return reksadana di bulan ini yang negatif.

Data PT Infovesta Utama menunjukkan, indeks reksadana saham dari awal bulan ini hingga 21 Juni tercatat minus 11,53%. Sementara, indeks reksadana campuran minus 7,61% dan indeks reksadana pendapatan tetap tercatat minus 2,42% pada periode yang sama (lihat tabel).

Analis Infovesta Utama, Vilia Wati mengatakan, kinerja reksadana saham mengalami kinerja terburuk dibanding reksadana jenis lain. Maklum, fluktuasi yang terjadi di bursa saham lebih tinggi ketimbang fluktuasi di pasar obligasi.

Dalam kondisi seperti ini, Vilia bilang, manajer investasi (MI) bisa meminimalisasi risiko dengan memperbesar porsi aset dengan risiko minim, seperti pasar uang. Adapun untuk portofolio di saham, bisa dengan mengurangi porsi alokasi pada sektor-sektor yang sensitif terhadap inflasi, seperti perbankan, otomotif dan properti. "Sedangkan, reksadana pendapatan tetap bisa memperbesar alokasi pada obligasi korporasi dan pasar uang," kata Vilia, kemarin.

Presiden Direktur Sucorinvest Asset Management, Christian Hermawan mengatakan, dalam kondisi pasar saham yang tertekan seperti sekarang, investor bisa memanfaatkannya dengan masuk ke reksadana saham atau campuran. Sebab, investor bisa masuk di harga yang relatif murah.

Fadlul Imamsyah, Vice President of Investment CIMB Principal Asset Management juga menyarankan hal sama. Adapun, bagi MI, koreksi tajam indeks bisa dimanfaatkan untuk berbelanja saham di harga murah. Sedangkan, untuk reksadana pendapatan tetap, MI bisa menggabungkan antara obligasi korporasi dan obligasi pemerintah.     

Menurut Fadlul, di kondisi seperti sekarang, CIMB memilih durasi portofolio yang relatif lebih pendek ketimbang benchmark obligasi pemerintah yang dijadikan acuan. "Adapun peringkat minimum surat utang rata-rata di atas A+," kata Fadlul.    

Presiden Direktur PT Samuel Aset Manajemen, Agus Basuki Yanuar menambahkan, koreksi yang terjadi di pasar keuangan tersebut sudah diantisipasi sejak awal tahun sehingga investor tidak perlu khawatir. Bila investor memiliki horizon investasi jangka panjang, bisa tetap masuk secara berkala. Sebab, kinerja reksadana masih akan membaik dalam jangka menengah dan panjang.    

Menurut Agus, profil investor jangka panjang di atas  tiga tahun cocok masuk di reksadana saham. Untuk investor dengan horizon investasi dua tahun, disarankan memilih reksadana campuran. Sementara investor dengan tujuan investasi jangka pendek hingga satu tahun, bisa masuk ke pasar uang atau perbankan.

Tergantung profil risiko

Analis Senior PT Finera Prosperindo, Edbert Suryajaya menambahkan, mumpung pasar tengah bearish seperti saat ini, merupakan peluang bagi investor untuk mulai melakukan akumulasi reksadana sedikit demi sedikit. Untuk profil risiko agresif, dapat tetap memarkirkan asetnya pada reksadana saham sambil terus memantau dan mencari peluang masuk.     

Namun, bagi investor moderat yang tidak nyaman dengan kondisi pasar sekarang ini, bisa melepas reksadananya dan mengalihkan ke instrumen deposito dan pasar uang. Sementara, investor konservatif, bisa memilih deposito sebagai portofolio. "Tapi, dalam jangka panjang, pasar finansial Indonesia tetap akan bergerak naik," ujar Edbert. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×