Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi masih dilanda gejolak setelah diterpa berbagai sentimen eksternal. Alhasil, investor yang memiliki kebutuhan pendanaan dalam jangka pendek hingga menengah perlu mengurangi durasi Surat Utang Negara (SUN) demi meminimalisir koreksi.
Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, sebenarnya seri-seri SUN bertenor pendek atau kurang dari lima tahun relatif lebih aman dikoleksi ketika volatilitas pasar tengah meningkat. Sebab, potensi terkoreksi cenderung lebih terbatas ketimbang seri bertenor panjang. "Ini bisa meminimalisir potensi kerugian investor ketika akan menjual," ujar dia, Selasa (27/3).
Contohnya seri FR0048 yang akan jatuh tempo per 15 September 2018. Pada 2 Januari lalu, harga seri ini berada di level 102,714. Adapun pada Selasa (27/3), harganya di level 102,090 atau melemah 0,6% dari harga awal tahun.
Bandingkan dengan SUN tenor panjang atau lebih dari 10 tahun yang cenderung terkoreksi lebih dalam. Contohnya, harga seri FR0075 yang jatuh tempo pada 15 Mei 2038 anjlok. Selasa (27/3), harganya di level 100,981 alias terkoreksi 4,05% dari harga per 2 Januari di posisi 105,247.
Meski begitu, Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra bilang, tingkat imbal hasil yang rendah menjadi konsekuensi investor pemilik seri SUN bertenor mini. "Ada selisih imbal hasil yang cukup lebar antara seri tenor 3 tahun dengan tenor 20 tahun," imbuhnya.
Di samping itu, investor juga mesti berhadapan dengan risiko likuiditas. Soalnya, tidak semua seri SUN memiliki likuiditas bagus di pasar sekunder, terutama seri non acuan.
Terlepas dari itu, pada akhirnya, investor perlu melakukan diversifikasi portofolio secara terukur dan tepat. Desmon menyarankan investor tidak berlebihan mengoleksi seri SUN bertenor pendek kendati kondisi pasar cukup mendukung. "Portofolio investor harus tetap proporsional dan bisa menyesuaikan kondisi pasar," tandasnya.
Manfaatkan koreksi
Made menambahkan, investor yang tidak memiliki kewajiban pendanaan dalam waktu dekat dan berorientasi mengejar nilai imbal hasil dapat memanfaatkan koreksi mendalam yang dialami seri SUN bertenor panjang. "Investor bisa melakukan pembelian mumpung harganya sedang murah," ujar dia.
Biasanya investor dari kalangan asuransi dan dana pensiun yang umumnya kerap membeli seri SUN bertenor panjang ketika harganya menyusut. Hal ini tercermin pula dari nilai kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) kedua institusi tersebut yang naik sepanjang Maret. Padahal di saat yang sama, pasar obligasi sedang lesu.
Mengutip Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, nilai kepemilikan asuransi di SBN naik Rp 4,54 triliun menjadi Rp 166,35 triliun secara month on month (mom) hingga Jumat (23/3) lalu. Demikian pula nilai kepemilikan dana pensiun melonjak Rp 2,26 triliun menjadi Rp 208,02 triliun secara mom. "Baik asuransi dan dana pensiun memiliki horizon investasi jangka panjang," ucap Made.
Menurut Desmon, investor yang membeli seri SUN bertenor panjang berpeluang menikmati keuntungan ketika pasar obligasi kembali pulih. Soalnya, harga seri tersebut kembali naik, sementara imbal hasil yang diperoleh juga tergolong tinggi.
Karenanya, Desmon menyarankan agar investor melakukan penjualan seri SUN bertenor pendek dan mulai memperbesar kembali porsi kepemilikan seri bertenor panjang manakala pasar obligasi sudah normal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News