Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Di tengah liburnya pasar Amerika Serikat (AS) dalam rangka peringatan hari Marthin Luther, valuasi mata uang Garuda justru semakin tertekan. Pelemahan rupiah terhadap dollar AS ditengarai terjadi karena pengaruh hard Brexit. Jelang pidato Perdana Menteri Inggris Theresa May hampir sebagian besar mata uang Asia mengalami pelemahan.
Di pasar spot, pada Senin (16/1) rupiah terkoreksi 0,18% ke level Rp 13.362 per dollar AS. Sedangkan jika mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia rupiah mengalami pelemahan lebih dalam di kisaran 0,35% ke level Rp 13.354 per dollar AS.
Josua Pardede, Ekonom PT Bank Permata Tbk melihat sebenarnya saat ini rupiah sedikit lebih beruntung. Dibanding mata uang Asia lainnya pelemahan rupiah masih lebih baik, tidak separah yang dialami won Korea Utara dan peso Filiphina.
Meski pasar AS dalam kondisi libur tetapi tekanan yang terjadi mata uang pounsterling jauh lebih menekan valuasi rupiah. “Pasar sedang menantikan pidato PM Inggris Theresa May yang berniat mempercepat negosiasi Inggris dengan Uni Eropa,” terangnya kepada KONTAN.
Menurutnya nasib rupiah diselamatkan oleh data domestik yakni neraca perdagangan bulan Desember yang tercatat surplus US 990 juta. Perbaikan ini terjadi karena ekspor non migas naik 1,13%. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan secara akumulasi Januari-Desember, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus hingga US$ 8,78 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News