Reporter: Anna Suci Perwitasari, Disa Ayulia Agatha | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali merosot ke posisi terendahnya sejak krisis moneter 1998. Kemarin, kurs spot rupiah ditutup di level Rp 15.075 per dollar Amerika Serikat (AS), atau melemah 0,21% dibandingkan dengan hari sebelumnya. Serupa, kurs rupiah versi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) juga terdepresiasi 0,67% jadi Rp 15.088 per dollar AS.
Sentimen eksternal masih jadi pengaruh utama yang membuat rupiah melemah pekan ini. Di antaranya kenaikan harga minyak dunia yang terus berlangsung dalam beberapa hari belakangan.
Tambah lagi, posisi dollar AS yang sedang di atas angin setelah Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell memberi pidato bernada hawkish terkait ekonomi Negeri Paman Sam tersebut.
Analis Asia Trade Point Future Andri Hardianto mengatakan, dengan penguatan the greenback, kepercayaan pelaku pasar terhadap aset di Eropa dan emerging market belum sepenuhnya pulih. "Pelaku pasar akhirnya melakukan aksi jual untuk menghindari emerging market," kata dia, Rabu (3/10).
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menambahkan, pernyataan pemerintah Italia yang enggan menekan defisit anggaran membuat euro tertekan. Alhasil, mata uang emerging market ikut terseret, tak terkecuali mata uang Garuda.
Seperti diketahui, Italia yang kini dipimpin Perdana Menteri Giuseppe Conte berencana memperlebar defisit anggaran negara di 2019 menjadi 2,4% dari produk domestik bruto (PDB). Padahal di tahun ini, defisit anggaran Negeri Pizza tersebut sudah mencapai 1,6%.
Namun, jika Italia mau mempertimbangkan permintaan Uni Eropa, rupiah berpotensi berbalik arah, sejalan dengan penguatan euro. David memprediksi, mata uang Garuda tersebut akan bergerak dalam kisaran Rp 15.000–Rp 15.100 per dollar AS. Sedangkan, menurut perhitungan Andri, kurs rupiah bergerak dalam rentang Rp 15.010–Rp 15.090 per dollar AS pada hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News