Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pekan ini. Data ekonomi domestik yang lemah membebani mata uang Garuda di tengah tensi perang dagang meningkat.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengamati bahwa rupiah cenderung melemah pekan ini disebabkan oleh sentimen domestik yang buruk. Data-data ekonomi yang terus melemah seperti deflasi dan penjualan ritel telah mencerminkan daya beli masyarakat yang lesu.
Kemudian, nilai tukar semakin tergerus dipengaruhi aksi jual besar-besaran (sell-off) di pasar ekuitas akibat downgrade Morgan Capital Stanley International (MSCI). Bank Investasi asal Amerika, Goldman Sachs, turut merevisi peringkat pasar saham dan obligasi Indonesia yang membuat arus keluar (outflow) semakin deras.
‘’Meningkatnya tensi perang tarif pada umumnya juga memberikan sentimen negatif terhadap mata uang emerging seperti rupiah,’’ kata Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (14/3).
Secara mingguan, rupiah spot pekan ini melemah 0,34% yang ditutup ke level Rp 16.350 per dolar AS, Jumat (13/4). Tren serupa juga terjadi di Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) dengan pelemahan 0,34% ke level penutupan Rp 16.392 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Pasar Spot Menguat ke Rp 16.350 Per Dolar AS Menutup Akhir Pekan Jumat (14/3)
Namun, Rupiah berhasil memangkas pelemahan di akhir pekan. Secara harian, rupiah spot menguat 0,47% dari posisi kemarin Rp 16.428 per dolar AS. Sedangkan, Rupiah Jisdor BI menguat sebesar 0,24% dari level kemarin Rp 16.428 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati, rupiah menguat di perdagangan akhir pekan yang didukung oleh sentimen eksternal. Hal itu sejalan dengan kemungkinan the Fed akan memangkas lebih agresif suku bunga kebijakannya di tahun ini.
Asumsi the Fed memangkas suku bunga secara agresif mencuat kembali usai rilis data Inflasi Harga Produsen (PPI) Amerika yang cenderung melemah. Ini sejalan dengan rilis data Inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) AS pada hari sebelumnya yang juga melemah.
‘’Investor melihat terdapat ruang pemotongan suku bunga kebijakan The Fed sebesar 75 bps pada tahun ini,’’ kata Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (14/3).
Lebih lanjut, Josua menambahkan, sentimen positif juga datang dari perkembangan ekonomi China yang diprediksi akan tetap stabil di tengah meningkatnya risiko Trade War 2.0. Presiden Xi Jinping, telah menetapkan target defisit anggaran terbesar dalam sejarah China, serta tetap mempertahankan target pertumbuhan tahunan yang optimistis sekitar 5% untuk tahun 2025.
Kendati demikian, investor sudah mengantisipasi akan adanya potensi stimulus besar dari pemerintah China. Hal itu setelah pejabat tinggi China direncanakan akan mengadakan press briefing pada hari Senin pekan depan.
Menurut Josua, pergerakan rupiah masih akan dipengaruhi oleh ketidakpastian perang dagang. Di samping itu, adanya kecenderungan aksi wait and see investor yang menunggu rilis keputusan suku bunga kebijakan oleh bank sentral utama dunia, seperti the Fed, BoE, BoJ, dan PBoC.
Bank Indonesia juga akan mengumumkan keputusan terkait BI-rate pada minggu depan. Bank sentral dijadwalkan bertemu dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18-19 Maret 2025.
Selain keputusan RDG BI, Lukman berujar, investor akan menantikan data ekonomi domestik seperti neraca perdagangan ekspor/impor yang dirilis Senin (17/3). Dari eksternal, data penjualan ritel AS dan FOMC the Fed bakal menjadi perhatian.
Menurut dia, RDGBI tentunya diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, walau masih ada ekspektasi pemangkasan karna harga telah mengalami deflasi. Namun BI akan memberikan pernyataan dukungan pada stabilitas rupiah dan akan terus mengintervensi.
Hanya saja, Lukman berpendapat bahwa rupiah kemungkinan masih sulit menguat di tengah berbagai sentimen negatif dari domestik masih membebani. Uniknya, FOMC kali ini mungkin bisa mendukung rupiah karena bank sentral AS itu berpeluang dovish.
Lukman memperkirakan, Rupiah akan berkisar Rp 16.250 – Rp 16.500 per dolar AS di pekan depan. Sedangkan, Josua memproyeksi, Rupiah akan berada di kisaran Rp 16.275 – Rp 16.475 per dolar AS.
Selanjutnya: ViBiCloud Jalin Kemitraan dengan Alibaba Cloud, Kenalkan Layanan di Indonesia
Menarik Dibaca: ViBiCloud Jalin Kemitraan dengan Alibaba Cloud, Kenalkan Layanan di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News