Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Rupiah kembali melemah. Di pasar spot, pasangan USD/IDR menguat 0,13% menjadi 9.783 dibanding sehari sebelumnya. Sementara, kurs tengah dollar Amerika Serikat (AS) di Bank Indonesia (BI) menguat tipis 0,09% menjadi 9.774.
Nurul Eti Nurbaeti, Head of Research Divisi Tresuri BNI mengatakan, pelemahan rupiah akibat posisi dollar AS yang menguat. Ini sebagai respon pasar dari pernyataan Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke dan hasil dari Federal Open Market Committee (FOMC).
Pernyataan Bernanke dan hasil FOMC yang masih memberikan keraguan pada pasar mengenai program quantitative easing (QE) membuat posisi dollar AS menguat terhadap beberapa mata uang utama dunia. Penguatan dollar AS ini tentunya berdampak pada pasar Asia, termasuk terhadap rupiah, sehingga pergerakan rupiah semakin tertekan.
Dari dalam negeri, masalah pasokan dan permintaan dollar AS menjelang akhir bulan yang cenderung semakin timpang masih menjadi batu sandungan bagi pergerakan rupiah. Namun, Nurul yakin, BI masih mampu melakukan intervensi secara efektif, karena cadangan devisa Indonesia naik dari bulan Maret sebesar US$ 104,8 miliar menjadi US$ 107,27 miliar pada akhir April. Nurul yakin, hal ini akan mampu mengatasi tipisnya pasokan dollar AS.
Reny Eka Putri, analis pasar uang Bank Mandiri menambahkan, saat ini pergerakan rupiah masih dalam tekanan. Ini efek dari adanya tarik-menarik dalam tubuh The Fed mengenai kelanjutan stimulus moneter. "Di pasar global, dollar AS sebagai mata uang paling kuat tentunya memberikan pengaruh kepada mata uang negara lain, termasuk Indonesia, karena transaksi luar negeri yang dilakukan hampir seluruhnya menggunakan dollar AS," kata Reny.
Dari dalam negeri, Reny menilai, adanya spekulasi kenaikan BI rate belum akan berdampak besar terhadap nilai tukar rupiah. Sebab, BI masih menanti kepastian kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan pengaruhnya terhadap inflasi inti.
Dengan asumsi kondisi inflasi yang semakin tinggi karena kebijakan kenaikan harga BBM, Nurul memprediksi, hingga akhir tahun ini, rupiah akan cenderung melemah terbatas di kisaran 9.600 - 9.800. Hitungan ini mempertimbangkan asumsi perbaikan kinerja ekspor dan kenaikan pertumbuhan ekonomi. Tapi, Reny memprediksi, rupiah bisa semakin jatuh, di kisaran 9.800 - 9.900 di akhir tahun.
Reny melihat, pergerakan rupiah, hari ini, masih akan terpengaruh faktor eksternal penguatan dollar AS. Namun, pelemahan rupiah akan cenderung terbatas, jika rilis data-data ekonomi AS menunjukkan hasil yang negatif. Ia memprediksi, rupiah akan melemah terbatas di kisaran 9.770 - 9.790 hari ini. Nurul memprediksi, rupiah juga akan cenderung melemah terbatas di kisaran 9.750 - 9.785.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News