Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rupiah mencatat penguatan meski tipis di tengah gempuran data positif dari Amerika Serikat (AS). Di pasar spot Rabu (30/11), kurs rupiah terhadap dollar AS menguat 0,04% dibanding sehari sebelumnya jadi Rp 13.555 per dollar AS.
Analis Esandar Arthamas Berjangka Tonny Mariano bilang, sejatinya rupiah kemarin berpotensi tertekan. Asal tahu saja, data pendahuluan PDB AS menunjukkan ekonomi di kuartal III tumbuh 3,2%, lebih baik dari proyeksi 3%.
Tingkat keyakinan konsumen juga naik tajam ke 107,1 dari sebelumnya 100,8. "Tetapi dollar AS terkoreksi sejak menguat awal pekan," papar Tonny.
Rupiah juga menguat karena pelaku pasar lebih tenang setelah pemerintah memastikan aksi 2 Desember berbentuk doa bersama, bukan demo. Namun risiko pelemahan rupiah hingga akhir pekan masih terbuka.
Hal ini bergantung pada hasil pertemuan negara OPEC serta data non farm payroll (NFP) AS yang dirilis akhir pekan ini.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto mengamati, rupiah sepekan terakhir konsisten di atas level 13.500. Kekhawatiran kenaikan suku bunga The Fed semakin tinggi. "Pasar juga menunggu pembentukan kabinet Donald Trump," katanya.
Awal Desember, pemerintah akan merilis data inflasi dengan prediksi inflasi tahunan naik menjadi 3,4% dari 3,3% di Oktober.
Kamis (1/12), Rully menilai rupiah akan menguat di Rp 13.515–Rp 13.585. Prediksi Tonny, akan rupiah koreksi di Rp 13.525–Rp 13.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News