Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Meski akhir pekan lalu tumbang, rupiah diprediksi bisa lebih kuat pada awal pekan depan. Sebab, pasar berekspektasi data neraca perdagangan bakal positif.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, pergerakan rupiah cukup stabil. Sebelumnya, dilaporkan cadangan devisa bulan Februari naik menjadi US$ 104,5 miliar dari sebelumnya US$ 102,1 miliar. Artinya, persediaan dollar AS di dalam negeri masih besar, sedangkan permintaan dollar AS belum cukup besar. "Kebutuhan impor belum cukup banyak," paparnya.
Apalagi, Josua memperkirakan, neraca perdagangan bulan Februari masih berpotensi surplus. Ekspektasi ini diduga bisa menyokong pergerakan rupiah di awal pekan.
Selain itu, sentimen utama pada pekan ini adalah rapat The Fed dan Bank Indonesia. The Fed diperkirakan tidak akan menaikkan tingkat suku bunga pada bulan ini. Sementara dari dalam negeri, BI memiliki ruang untuk memangkas suku bunga.
Jumat (11/3), di pasar spot, rupiah ditutup melemah 0,17% ke level Rp 13.075 per dollar AS. Namun, kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan rupiah menguat 0,47% ke level Rp 13.087 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News