Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Awal pekan ini, nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah. Data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang positif membebani rupiah.
Sedangkan dari dalam negeri minim sentimen positif. Di pasar spot, Jumat (25/3), kurs rupiah terhadap dollar AS menguat tipis 0,09% jadi Rp 13.245 dibanding hari sebelumnya. Tapi di kurs tengah Bank Indonesia, Kamis (24/3), rupiah melemah 0,63% jadi Rp 13.250.
David Sumual, Ekonom Bank BCA, mengatakan, rupiah menguat terbatas karena penyesuaian level setelah melemah selama beberapa hari. Padahal jika menilik katalis eksternal, nyaris semuanya menekan pergerakan rupiah.
Terbaru, data produk domestik bruto (PDB) AS kuartal IV-2015 tumbuh 1,4% dibanding kuartal sebelumnya sebesar 1%. “Di awal pekan pasar Eropa masih libur, sementara indikator ekonomi AS positif. Rupiah nyaris tak punya daya tahan,” ujar David.
Selanjutnya, pasar menanti data ekonomi AS lainnya, seperti neraca perdagangan, pengeluaran pribadi, pendapatan pribadi dan penjualan rumah yang tertunda. “Saat ini dollar AS berada di atas angin dan nyaris tidak ada penghalang. Rupiah sendiri minim dukungan,” papar David.
Senada, Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures, memaparkan, belum ada faktor yang bisa menekan kurs dollar AS, kecuali dari sisi teknikal. Maklum, dollar sudah menanjak selama empat hari.
“Jika nanti dollar terkena profit taking ada kans rupiah rebound terbatas,” jelas Wahyu. Pelemahan rupiah masih terus mengintai mengingat memasuki akhir bulan nyaris tidak ada katalis domestik yang kuat bisa menopang rupiah.
Wahyu menghitung, Senin (28/3) ini rupiah akan melemah di kisaran Rp 13.100–Rp 13.300. Sedang menurut David, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.150–Rp 13.300 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News