Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah tengah menguat terhadap mayoritas mata uang global maupun regional. Pada perdagangan Senin (10/4), rupiah menguat 0,07% menjadi Rp 14.902 per dolar Amerika Serikat (AS) alias USD.
Rupiah juga menguat 0,07% terhadap dolar Singapura (SGD) dan 0,10% atas dolar Hong Kong (HKD). Per Senin (10/4), kurs rupiah berada di Rp 11.212 per SGD dan Rp 1.898 per HKD.
Tak berhenti sampai di situ, penguatan rupiah terhadap yen Jepang (JPY) dan yuan China (CNY) lebih besar lagi. Pada hari ini, rupiah menguat 0,29% ke level Rp 112,83 per JPY dan 0,21% ke posisi Rp 2.166 per CNY.
Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, penguatan rupiah yang terjadi belakangan ini dapat menjadi kesempatan untuk mengoleksi mata uang negara lain. Baginya, mata uang safe haven tetap menjadi pilihan terbaik.
Baca Juga: Ekonom Sebut Penempatan DHE di Instrumen TD Valas Akan Perkuat Cadangan Devisa
Pasalnya, ketidakpastian ekonomi masih sangat nyata, mengingat tensi geopolitik antara China-AS-Rusia yang semakin meningkat dan perang di Ukraina yang berkepanjangan. Apalagi, suku bunga acuan The Fed diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun ini dan terjadi perlambatan ekonomi global.
"Kondisi tersebut akan membuat aset maupun mata uang safe haven menjadi menarik," ucap Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (10/4).
Menurutnya, mata uang utama dunia yang paling menarik dilirik adalah USD dan Franc Swiss (CHF), sedangkan di regional adalah SGD. Dolar AS menjadi mata uang safe haven by default, sedangkan CHF dan SGD sangat didukung oleh tingkat suku bunga yang relatif tinggi serta surplus neraca perdagangan dan neraca akun berjalan yang tinggi.
Lukman memprediksi, SGD dapat kembali menguat ke level Rp 11.300 dalam jangka pendek, Rp 11.400 dalam jangka menengah, dan Rp 11.600 dalam jangka panjang.
Begitu juga dengan CHF yang berpotensi kembali menguat ke Rp 16.550 dalam jangka pendek, Rp 16.650 dalam jangka menengah, dan Rp 16.800 dalam jangka panjang. Pada Senin (10/4), CHF tercatat melemah 0,27% ke level Rp 16.456.
Baca Juga: Rupiah di Jisdor BI Menguat 0,25% ke Rp 14.905 Per Dolar AS, Senin (10/4)
USD akan menguat terhadap hampir semua mata uang lainnya, kecuali CHF dan SGD. Namun, dalam jangka pendek, kemungkinan rupiah menguat lebih besar daripada melemah.
"Rupiah masih terbuka untuk menguat apabila Bank Indonesia tidak melakukan intervensi dengan alasan stabilitas kurs," ucap Lukman.
Dalam jangka pendek, rupiah diprediksi menguat ke Rp 14.750 per dolar AS. Jika tidak ada revisi Peraturan Pemerintah (PP) tentang devisa hasil ekspor (DHE), maka rupiah berpotensi menguat lagi ke Rp 14.500 per dolar AS dalam jangka menengah dan Rp 14.000 per dolar AS dalam jangka panjang.
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,07% ke Rp 14.902 Per Dolar AS Pada Senin (10/4)
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo juga memprediksi, dolar AS berpotensi kembali melemah sehingga rupiah bisa lanjut menguat.
Indeks dolar AS saat ini berada di 101,70 dengan support di 100,65. Penembusan support ini dapat membuat indeks dolar AS lanjut turun ke angka psikologis 100,00.
Akan tetapi, penguatan rupiah dan pelemahan dolar AS hanya bersifat sementara di tengah menurunnya likuiditas dolar AS. Oleh sebab itu, pelemahan dolar AS saat ini dapat menjadi momen untuk mengoleksinya.
"Jika terjadi pemulihan, dolar AS dapat menguat pulih minimal 50% dari total pelemahan belakangan ini," kata Sutopo. Hingga akhir tahun, ia memprediksi dolar AS akan menguat ke posisi Rp 15.100.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News