Reporter: Disa Ayulia Agatha | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali bertahan di depan dollar Amerika Serikat (AS), jelang pengumuman data neraca dagang Oktober yang diperkirakan pasar defisit lagi.
Menurut Bloomberg, di pasar spot rupiah kembali menguat level Rp 14.785 per dollar AS atau menguat sebesar 0,12%. Penguatan lebih besar terjadi tadi pagi, terlihat dari acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang naik 0,94% ke level Rp 14.755 per dollar AS.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, penguatan yang cukup signifikan sempat terjadi pada rupiah hingga mencapai Rp 14.649 per dollar AS.
“Salah satunya karena kabar positif perang dagang antara Tiongkok dan AS yang mana Wakil Perdana Menteri Tiongkok Wakil Perdana Menteri China Liu He akan mengunjungi AS dalam waktu dekat untuk membicarakan trade war,” kata Ibrahim.
Kunjungan tersebut dinilai dapat meredakan ketegangan jelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada KTT G-20 akhir November mendatang.
Di sisi lain, menurutnya pergerakkan rupiah juga dipengaruhi oleh rilis data Tiongkok yang terbilang cukup baik. Pasalnya, tercatat data hasil industri dan investasi tumbuh lebih cepat dari ekspektasi, tetapi penjualan ritel mengalami perlambatan.
Menurut data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) China, produksi industri naik 5,9%, data produksi manufaktur terkoreksi tipis dibanding bulan sebelumnya nmenjadi 5,7%, serta pertumbuhan investasi aset tetap China meningkat menjadi 5,7 % untuk periode Januari-Oktober.
Namun, Ibrahim tidak memungkiri bila rupiah berpotensi melemah kembali karena dipicu soal Brexit. “Walaupun mulai mereda kemungkinan besar aman akan kembali hangat setelah mengadakan KTT Brexit pada 25 November yang membahas kesepakatan Inggris oleh Uni Eropa,” jelas Ibrahim.
Masih dari Eropa, potensi pelemahan juga datang dari isu Italia yang kembali menentang Komis Eropa untuk merevisi anggaran belanja negara 2019. “Tekanan lain juga datang dari The Fed yang akan melakukan pertemuan, ECB juga akan melakukan pertemuan,” lanjut Ibrahim.
Sedangkan menurut Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro, harga minyak yang menurun drastis membuat indeks dollar ikut terkoreksi. Berdasarkan Bloomberg pukul 16.03 WIB, indeks dollar berada di zona merah yaitu pada level 97,2090.
Dari domestik, neraca perdagangan Oktober 2018 diperkirakan akan mengalami defisit sebesar 306 juta dollar AS. Angka tersebut digadang-gadang berasal dari kinerja ekspor yang menurun, sementara impor diperkirakan tumbuh sebesar 7,9% seacara year on year (yoy) pada Oktober 2018.
Satria memprediksikan rupiah berada di level Rp 14.855-Rp 14.950 per dollar AS. Sedangkan Ibrahim memproyeksikan pergerakkan rupiah di level Rp 14.703-Rp 14.890 per dollar AS. “Dalam perdagangan Kamis akan kembali melemah karena banyak data internasional yang akan dirilis,” tutup Ibrahim.
*Ralat: Sebelumnya tertulis, rupiah menguat ke Rp 14.775 per dollar AS, sementara seharunya Rp 14.785 per dollar AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News