Reporter: Yohan Rubiyantoro | Editor: Test Test
JAKARTA. Rupiah yang terus menguat bisa menjadi kabar buruk bagi para eksportir. Pasalnya, pendapatan yang mereka raih bakal terpangkas. Apalagi pengusaha yang betul-betul mengandalkan ekspor dan minim porsi pasar domestik.
"Apalagi kalau industri mereka sudah sunset, seperti tekstil misal," kata Ekonom Standard Chartered Eric Alex Sugandi, Senin (9/8). Namun dampak positifnya, biaya impor akan lebih murah sehingga bisa menekan biaya produksi. Alhasil konsumen akan diuntungkan.
Eric juga menyebut mestinya rupiah punya potensi bertengger di level 8.700-8.800 per dollar AS. Ia memperkirakan akhir tahun rupiah bisa menyentuh 8.800. "BI sepertinya membiarkan rupiah menguat di bawah Rp 9.000," katanya.
AAliran dana asing ke berbagai instrumen investasi lah yang ikut menambah bakar utama penguatan rupiah. "Tawaran yield yang masih lebih tinggi ketimbang negara lain, menjadi alasan utama asing menanamkan dananya," timpal ekonom Standard Chartered Eric Alex Sugandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News