kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.211   70,15   0,98%
  • KOMPAS100 1.108   13,11   1,20%
  • LQ45 880   13,40   1,55%
  • ISSI 221   1,38   0,63%
  • IDX30 450   7,23   1,63%
  • IDXHIDIV20 541   6,43   1,20%
  • IDX80 127   1,62   1,29%
  • IDXV30 135   0,66   0,50%
  • IDXQ30 149   1,87   1,27%

Rupiah melemah, simak rekomendasi analis terhadap sejumlah emiten farmasi


Selasa, 25 Juni 2019 / 19:50 WIB
Rupiah melemah, simak rekomendasi analis terhadap sejumlah emiten farmasi


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Valuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar dari awal tahun 2019 hingga saat ini tercatat melambat hingga minus 2,38%. Tentunya hal ini berdampak pada sejumlah emiten farmasi.

Analis MNC Sekuritas Victoria menjelaskan pelemahan rupiah tentunya akan memberatkan emiten farmasi dalam pengadaan bahan baku.

"Karena bahan baku farmasi didominasi impor," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (25/6).

Strategi yang harus disiapkan emiten farmasi menurut Venny adalah harus menyimpan kas dalam dollar dan stok bahan baku. Langkah ini sudah dijalankan dua emiten yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF).

Analis infovesta Praska Putrantyo menjelaskan secara volatilitas rupiah mempengaruhi pada marjin laba emiten farmasi.

"Namun melihat dari prospek sektor farmasi seperti KLBF dan KAEF masih mencatatkan kinerja yang baik di tengah pelemahan rupiah," ujarnya.

Misalnya saja KLBF mencatatkan marjin pertumbuhan tidak lebih dari 10% yang mana bisa saja dipengaruhi dari pertumbuhan pendapatan dan kenaikan bahan baku. Adapun kebutuhan obat dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang akan meningkatkan penjualan obat.

Secara umum emiten farmasi memiliki pertumbuhan penjualan yang baik seiring pertumbuhan penduduk dan juga ekonomi.

Adapun prospek industri farmasi menurut Praska yang harus disiapkan adalah soal bahan baku dan pangsa pasar produknya. Varian produk penting meski kurs berpengaruh pada profitabilitas emiten.

Namun secara umum kebutuhan akan farmasi dan alat kesehatan terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Praska sepanjang emiten memiliki kapasitas untuk terus berkembang dan bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri sektor farmasi masih menarik dicermati.

Secara bisnis, di antara sejumlah emiten farmasi yang ada, menurut Praska KLBF paling menarik. Sebab secara bisnis terdiversifikasi dengan memiliki usaha farmasi, seperti obat-obatan dan rumah sakit. 

Adapun usaha lainnya yakni  consumer goods seperti minuman, susu dan makanan ringan. Sehingga lebih resisten terhadap goncangan pada satu bidang usaha.

Menurut Praska secara prospek industri farmasi dapat dikatakan netral. Namun jika melihat pergerakan saham yang akselarasinya paling bagus adalah saham KLBF. Di kuartal I-2019 kinerja KLBF agak melambat dan kinerja valuasi masih relatif lebih mahal.

Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius menjelaskan Kalbe Farma telah menyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi pelemahan rupiah.

"KLBF telah melakukan antisipasi lewat lindung nilai alias hedging," jelasnya.

Hedging Kalbe dilakukan melalui cash balance dalam dollar AS di neraca. Hedging dalam bentuk cash di neraca tidak menggunakan berapa jumlah kursnya. Ini sudah termasuk modal kerja.

Selain itu, Vidjongtius menjelaskan KLBF selalu memiliki cadangan kas sebanyak US$ 50 juta-US$ 60 juta di neraca untuk meminimalisir dampak pelemahan rupiah. Adapun KLBF juga melakukan persediaan barang sekitar tiga bulan hingga empat bulan jadi dampaknya tidak segera.

Begitu juga dengan emiten farmasi lainnya KAEF yang kinerjanya tidak terlalu berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah.

Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk (KAEF) Honesti Basyir menjelaskan paparan valuta asing saat ini tidak terlalu besar terhadap kinerja KAEF. "Pembelian bahan baku impor sudah dilakukan dengan kontrak hampir seluruhnya menggunakan rupiah," ujarnya.

Pada Maret lalu, KAEF juga telah resmi melakukan aksi korporasi yakni mengakuisisi saham PT Phapros Tbk (PEHA) dari yang semula dimiliki oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) alias RNI. Sebanyak 56,77% atau sekitar 476 juta lembar saham PEHA yang dimiliki RNI semuanya dimiliki oleh KAEF saat ini.

Upaya ini bertujuan untuk mewujudkan rencana holding BUMN farmasi. Dan hasil akuisisi ini membuat PEHA menjadi anak usaha KAEF.

Praska merekomendasikan investor untuk buy KLBF. Melihat harga sekarang yang mulai rebound ke Rp 1.470 sehingga jangka pendek menengah masih netral. Namun target harga jangka panjang di Rp 1.600 tidak lebih. 

Sedangkan Venny merekomendasikan buy KLBF di target harga Rp 1.600 jangka menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×