Reporter: Marantina | Editor: Edy Can
Pelemahan rupiah diprediksi kembali mengalami pelemahan. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), akhir pekan lalu, dollar Amerika Serikat (AS) melemah 0,23% menjadi Rp 9.218. Namun di pasar spot, nilai tukar dollar AS naik 0,18% menjadi Rp 9.214.
Tonny Mariano, analis Harvest International Futures, menyebutkan, pengaruh pasar global merupakan penyebab utama rupiah tergelincir. Kerisauan terhadap situasi Eropa, menjadi alasan pemodal memilih dollar AS sebagai safe haven.
Di dalam negeri, rupiah juga tertekan oleh persepsi kenaikan inflasi. Pemicunya, harga bahan bakar yang tidak kunjung naik, sementara harga barang dan jasa sudah terlanjur bergerak. "Sikap tidak tegas pemerintah membuat nilai tukar rupiah menjadi rentan," kata Tonny.
Nurul E. Nurbaeti, analis BNI, menuturkan, spekulasi tentang pelambatan pertumbuhan ekonomi menahan rupiah. Arus masuk dana ke bursa yang terancam seret, ikut menekan gerak rupiah.
Nurul memprediksi nilai tukar dollar AS berada di kisaran Rp 9.175 hingga Rp 9.020. Pelemahan juga diperkirakan oleh Tonny. "Kalau melihat polanya, nilai tukar dollar AS masih berada di kisaran Rp 9.170 hingga Rp 9.220," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News