Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah ditutup melemah terhadap dollar Amerika Serikat pada perdagangan Kamis (7/12).
Mengutip Bloomberg, di pasar spot, nilai tukar rupiah melemah tipis 0,05% ke level Rp 13.554 per dollar AS. Kurs tengah rupiah di Bank Indonesia juga melemah 0,20% ke posisi Rp 13.552 per dollar AS.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, rupiah kembali tertekan oleh faktor eksternal, khususnya dari AS. Pada saat yang sama, belum ada sentimen dalam negeri yang mampu mendongkrak mata uang Garuda.
Menurutnya, penguatan dollar AS masih didorong oleh respons positif para pelaku pasar terhadap rancangan kebijakan reformasi perpajakan yang telah disetujui Senat.
David menambahkan, pelaku pasar memandang reformasi pajak yang diberlakukan di AS sangat berkaitan dengan seberapa cepat kenaikan tingkat suku bunga acuan The Federal Reserve. “Kalau reformasi ini sukses, Fed Fund Rate bisa naik beberapa kali dalam waktu cepat di tahun depan,” katanya, Kamis (7/12).
Lanjutnya, isu pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel oleh Presiden Donald Trump tidak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan mata uang. “Dollar memang sempat tertekan oleh kejadian tersebut, tapi hanya bersifat sementara karena itu sudah menjadi risiko politik,” ungkap David.
Besok (8/12), David memperkirakan isu reformasi perpajakan dan rencana kenaikan tingkat suku bunga acuan The Fed masih akan mempengaruhi pergerakan mayoritas mata uang, termasuk rupiah.
Ditambah lagi, malam nanti akan ada rilis data klaim pengangguran AS. Jika hasilnya positif, bukan tidak mungkin dollar AS akan kembali menguat.
Di sisi lain, jika rilis data cadangan devisa dalam negeri yang dirilis besok menunjukkan hasil bagus, David memprediksi akan ada peluang penguatan rupiah. Perkiraan David, kurs rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.520-Rp 13.570 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News