Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perburuan safe haven dolar Amerika Serikat (AS) turut menekan nilai tukar rupiah. Rupiah diperkirakan masih akan tertekan pada perdagangan Selasa (14/6).
Sentimen eksternal masih akan jadi faktor utama yang membuat rupiah diselimuti sentimen negatif. Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengungkapkan, pelaku pasar semakin meyakini sikap The Fed akan kembali agresif pada FOMC meeting pekan ini. Hal ini tidak terlepas dari data inflasi Amerika Serikat (AS) pada bulan Mei yang ternyata lebih tinggi dari perkiraan semula.
“Kini pasar semakin yakin The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps, bahkan ada yang memperkirakan hingga 75 bps pada FOMC meeting pekan ini,” kata David kepada Kontan.co.id, Senin (13/6).
Baca Juga: Wall Street Terperosok, Investor Mencermati Laju Kenaikan Suku Bunga Pekan Ini
Sementara dari dalam negeri, dia menyebut pelaku pasar juga berada dalam posisi wait and see menunggu keputusan Bank Indonesia terkait kenaikan suku bunga acuan. Namun, di tengah situasi seperti saat ini, David mengatakan bahwa dolar AS akan menjadi pilihan utama bagi para pelaku pasar.
Alhasil, mata uang regional seperti rupiah akan berada dalam tekanan. Oleh karena itu, dia meyakini rupiah masih akan berpotensi melemah terbatas dan bergerak pada kisaran Rp 14.650 per dolar AS-14.720 per dolar AS pada hari ini.
Senin (13/6) rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,88% ke level Rp 14.682 per dolar AS. Sementara di kurs referensi Jisdor BI, mata uang Garuda ini ditutup di level Rp 14.672 per dolar AS atau melemah 0,71% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Baca Juga: Dolar AS Semakin Kuat, Kebijakan Moneter Bisa Makin Ketat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News