Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pasar surat utang tengah bergairah. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) selama dua pekan terakhir, diprediksi bakal mendorong kenaikan permintaan dalam lelang surat utang negara (SUN), Selasa (15/3).
"Antusiasme investor akan bertambah, ditopang menguatnya nilai tukar rupiah," ujar Head of Fixed Income Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus, Jakarta, Kamis (10/3).
Selain itu, laju inflasi domestik yang stabil, harga minyak serta penurunan suku bunga kredit juga bakal menjadi katalis positif dalam lelang nanti. "Faktor eksternal juga sedikit banyak menyumbang pengaruh, meskipun saat ini tidak banyak," ujar Nico.
Dia memperkirakan penawaran yang masuk akan berkisar Rp 22,5 triliun-Rp 27,5 triliun. Namun, pemerintah diperkirakan hanya akan menyerap sesuai target indikatif yang telah ditetapkan. "Pemerintah membutuhkan pendanaan, tapi juga melihat yield yang bisa didapatkan," ujar Nico.
Dalam lelang ini, pemerintah menawarkan lima seri lawas. Yakni, SPN12170302 (reopening) bertenor satu tahun yang jatuh tempo 2 Maret 2017.
Seri ini menawarkan tingkat kupon diskonto. Kemudian, seri FR0053 (reopening) yang akan jatuh tempo 15 Juli 2021 dengan tingkat kupon 8,25%. Dan seri FR0073 (reopening) yang jatuh tempo 15 Mei 2031 dengan tingkat kupon 8,75%.
Kemudian, seri FR0072 (reopening) yang akan jatuh tempo 15 Mei 2036 dengan tingkat kupon 8,25%. Serta seri FR0067 (reopening) yang akan jatuh tempo 15 Februari 2044 dengan tingkat kupon sebesar 8,75%.
Dalam lelang SUN pekan depan, pemerintah menargetkan bisa menyerap dana sekitar Rp 12 triliun hingga Rp 18 triliun. Pemerintah menggelar lelang SUN dalam mata uang rupiah ini guna memenuhi sebagian dari target pembiayaan APBN 2016. Lelang bersifat terbuka (open auction) dengan metode harga beragam (multiple price).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News