Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rupiah kembali menunjukkan performanya di hadapan dollar Amerika Serikat (AS), Kamis (10/3). Mengacu data Bloomberg, di pasar spot rupiah menguat ke Rp 13.052 per dollar AS atau menguat 0,80% dari sebelumnya Rp 13.157 per dollar AS.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menambahkan, kenaikan cadangan devisa Indonesia Februari yang sebesar US$ 104,5 miliar yang menyokong penguatan rupiah pada Kamis (10/3) ini.
Alhasil modal asing diperkirakan kembali mengalir deras. Di jangka pendek, rupiah bergerak stabil, mengingat belum terlihat tekanan eksternal. Data ekonomi AS mixed. Walhasil, The Fed belum akan menaikkan suku bunga.
Sementara penerapan suku bunga negatif Eropa dan Jepang memicu investor melirik rupiah, karena Indonesia menawarkan return lebih tinggi.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo usai meresmikan Pusat Logistik Berikat (PLB) di kawasan industri Cipta Krida Bahari Cakung menuturkan rupiah menguat karena kebijikan dan paket deregulasi direspon positif dunia usaha.
"Kalau berbicara mengenai rupiah yang semakin menguat, semakin membaik itu, artinya adalah kebijakan-kebijakan paket deregulasi yang kita berikan juga kebijakan yang ada di BI, di OJK direspon positif oleh dunia usaha, oleh investasi," kata Jokowi dikutip dari Antara.
Jokowi mengatakan, berbagai kebijakan yang diberikan dan respon dunia usaha yang positif memungkinkan adanya arus uang, arus modal, atau capital inflow masuk.
Jokowi tidak membantah bahwa faktor eksternal turut serta mendorong penguatan nilai tukar rupiah. "Dua-duanya, kalau kamu enggak melakukan deregulasi enggak akan berpengaruh apa-apa," kata Presiden.
Sementara itu, nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) melemah tipis ke posisi 13.149 per dollar dari posisi Selasa (8/3) di level 13.128 per dollar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News