Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang bulan November, rupiah masih belum mampu membalikkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Padahal secara luas, dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang utama dunia.
Nilai tukar ruipah melemah 0,86% sepanjang November 2022 dan ditutup pada Rp 15.732 per dolar AS pada akhir bulan. Kurs rupiah bahkan mengakumulasi pelemahan 10,30% sejak awal tahun.
Sementara indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia justru melemah sepanjang November 2022. Indeks dolar melemah 5% sepanjang November ke 105,95. Indeks dolar masih tercatat menguat 10,74% sejak awal tahun.
Baca Juga: Rupiah Melemah 4,20% Terhadap Dolar Singapura Sepanjang November 2022
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan rupiah sedikit mendapat angin segar dari pelemahan dolar AS seiring pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang mengisyaratkan persentase kenaikan suku bunga Fed di Desember tidak lagi 75 basis poin, melainkan 50 basis poin.
"Indeks dolar harus rela makin menjauh dari level puncaknya 114, dan kini berada di bawah 106 untuk indeks dolar AS. Hal ini memicu perburuan aset berisiko yang kembali melambung seperti rivalitas dolar, komoditas dan saham," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Kamis (1/12).
Berkurangnya sikap agresif The Fed disambut optimistis oleh pasar. Karena kekhawatiran terhadap resesi di AS berkurang.
Ditambah, Tiongkok tengah mempertimbangkan upaya peraturan baru perihal kebijakan pelonggaran dari penerapan kasus Covid-19 yang masih tinggi.
"Sehingga dengan beberapa faktor yang terjadi bisa membawa rupiah dapat menguat di bawah Rp 15.700," kata .
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Menguat Tajam ke Rp 15.563 Per Dolar pada Hari Ini (1/12)
Selain hal tersebut, data ketenagakerjaan dan inflasi konsumen yang turun, membuat pasar meyakini hawkish The Fed mulai berkurang sejak angka inflasi di bawah 8,0%.
Nanang mengatakan untuk pekan ini angka ketenagakerjaan akan menjadi pusat perhatian pasar. Kabar terbaru nonfarm payroll (NFP) akan berada di bawah ekspektasi 200.000, sedangkan angka pengangguran akan bertambah di atas 3,7%.
Menurut Nanang bila data ketenagakerjaan sesuai dengan perkiraan, tekanan terhadap dolar AS akan bertambah. Hal ini bisa berdampak positif bagi rupiah dalam beberapa hari ke depan.
Dia menilai, ada potensi penguatan rupiah dalam rentang Rp 15.400 per dolar AS-Rp 15.500 per dolar AS. Tapi, permintaan dolar AS berpotensi naik menjelang akhir tahun, baik untuk keperluan cash on hand atau reposisi investasi pelaku pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News