Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) diperkirakan berlanjut pada pekan depan. Namun ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS di bulan Maret kemungkinan akan menyebabkan penguatan mata uang Garuda sedikit terbatas.
Pergerakannya akan sangat bergantung dari beberapa data penting yang akan dirilis dari dalam dan luar negeri pada pekan depan. “Saya rasa ada potensi menguat,” ujar Putu Agus Pransuamitra, analis PT Monex Investindo Futures, hari ini.
Menurutnya, setelah cukup tertekan sepekan terakhir, kemungkinan Bank Indonesia akan mengambil langkah intervensi untuk mencegah kejatuhan rupiah yang lebih dalam. Kata Putu, pekan depan, kemungkinan rupiah akan disokong oleh data inflasi domestik yang dirilis pada 1 Maret nanti.
Meski berpotensi mendapat sedikit angin segar dari rilis inflasi domestik, tetapi, rupiah tetap terbebani potensi kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan bisa mencapai empat kali pada tahun ini.
Sementara, Josua Pardede, ekonom PT Bank Permata Tbk mengatakan, rupiah akan bergantung pada beberapa data ekonomi penting. Dari eksternal ada rilis persedian barang tahan lama AS bulan Januari, pertumbuhan ekonomi AS kuartal II dan indeks kenyakinan konsumen bulan Februari. Sedangkan dari domestik ada data inflasi.
“Kemungkinan ruang penguatan akan terbatas,” imbuh Josua.
Ia memperkirakan, pekan depan, rupiah bisa bertengger di kisaran Rp 13.560-Rp 13.680 per dollar AS. Sedangkan Putu menebak, selama pekan depan, pergerakan rupiah akan berada di kisaran Rp 13.580-Rp 13.745 per dollar AS.
Asal tahu saja, di pasar spot, Jumat (23/2), nilai tukar rupiah dituutp menguat 0,12% ke level Rp 13.668 per dollar AS. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, rupiah melemah tipis 0,04% ke level Rp 13.670 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News