Reporter: Revi Yohana | Editor: Edy Can
JAKARTA. Sepekan lalu pergerakan rupiah cenderung tertekan di level bawah akibat masih sepinya pasar dan rendahnya risk appetite investor. Depresiasi rupiah mencapai 0,6% hingga sempat anjlok menjadi Rp 9.200 per dolar Amerika Serikat (AS). Namun, rupiah berhasil bangkit, Jumat (6/1), menjadi Rp 9.160.
Apressyanti Senthaury, analis valuta Bank BNI, memproyeksi, kurs rupiah masih akan di bawah tekanan, pekan ini. Selain terpicu faktor eksternal yakni prospek penguatan indeks dolar AS akibat ketidakpastian Eropa, rupiah akan terombang-ambing spekulasi pengguntingan bunga acuan Bank Indonesia (BI).
BI akan mengumumkan bunga acuan Januari, Kamis pekan ini. Investor kemungkinan banyak yang menahan posisi menunggu kepastian BI rate. "Rupiah akan bergerak di Rp 9.050-Rp 9.225 dengan kecenderungan bearish," ujar dia.
Tonny Mariano, analis Harvest International Futures, berujar, sejatinya potensi penguatan rupiah cukup terbuka misalnya dari pergerakan bursa saham yang mendekati 4.000. Namun, isu BI rate akan menjadi momok pergerakan rupiah pekan ini. "Sepanjang pekan ini, dollar AS akan bergerak di kisaran Rp 9.000 hingga Rp 9.200," kata Tonny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News