Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Rupiah masih terus menguat pada pekan ini. Pada penutupan pasar spot Senin (26/9), mata uang Garuda tercatat bertengger di level Rp 13.041 per dollar AS, setelah akhir pekan lalu ditutup di Rp 13.081 per dollar AS atau membaik 0,31%.
Sejalan dengan itu, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah juga dicatat menguat 0,17% ke posisi Rp 13.076 per dollar AS dibanding penutupan pekan sebelumnya yang berada di Rp 13.098 per dollar AS.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede melihat, rupiah meningkat tajam dibanding penutupan akhir pekan lalu akibat masih adanya sejumlah sentimen positif di dalam negeri. "Penurunan suku bunga acuan BI dan pengampunan pajak yang berpotensi menambah pendapatan negara turut mendongkrak laju rupiah," kata dia.
Analis dari Monex Investindo Futures Yulia Safrina menilai, suku bunga bank sentral AS Federal Reserve yang tertahan di level yang rendah membuat rupiah berpotensi menguat. Meskipun, banyak pihak memprediksi suku bunga akan dinaikkan pada November mendatang.
Yulia bilang, pergerakan rupiah juga masih menunggu data peredaran uang yang akan dikeluarkan BI pada Jumat (30/9) pekan ini. Apabila datanya bagus, laju rupiah bisa ikut melesat. Data penjualan rumah baru di AS yang dirilis Senin malam juga bisa mempengaruhi rupiah.
Josua menambahkan, pekan ini pasar akan menunggu pernyataan bank-bank sentral global yang bisa menggoyang rupiah. Ketua dewan gubernur The Fed Janet Yellen dijadwalkan akan berpidato di Washington DC pada Rabu (28/9), Gubernur bank sentral Jepang (BOJ) dijadwalkan menyampaikan pidatonya di hadapan peserta National Securities Industry Convention di Tokyo pada Kamis (29/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News