Reporter: Nathania Pessak | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Rupiah masih mempertahankan kebolehannya hari ini. Mengutip data Bloomberg, di pasar spot Selasa (18/7), rupiah terapresiasi 0,13% ke level Rp 13.309 per dollar AS. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia (BI) yang dipublikasikan tadi pagi menunjukkan rupiah terdepresiasi sebanyak 0,007% ke level Rp 13.314 per dollar AS.
Lagi-lagi, The Greenback tersungkur dan masih belum bisa keluar dari tekanan membuat rupiah dan mata uang lain seperti SGD, AUD, dan Korean Won bangkit.
Research & Analyst Valbury Asia Futures Lukman Leong menilai, pelemahan dollar masih terimbas dari dua kali testimoni Gubernur bank sentral AS Federal Reserve Janet Yellen yang bernada dovish dan rilis data ekonomi AS yang tidak sesuai dengan ekspetasi pasar.
"Data inflasi masih dikhawatirkan menurun, besar kemungkinan kenaikan suku bunga untuk tahun ini yang harusnya sekali lagi malah tidak jadi ada kenaikan," jelas Lukman.
Sedang, Ekonom BCA David Sumual melihat, penguatan rupiah terdorong data ekonomi China yang baik dan melebihi ekspetasi pasar. Data China sendiri menunjukkan kenaikan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2017 menjadi 6,9% dari diperkirakan 6,8%.
"Jadi, ada harapan, China yang datanya lebih tinggi dari ekspetasi bisa membayarkan ekonomi emerging market, terutama yang berbasis komoditas dari Indonesia," paparnya.
Dus, penguatan rupiah ini juga ditunjang dari data ekonomi Indonesia yang mengalami surplus US$ 1,63 miliar. Angka ini jauh lebih tinggi dari surplus bulan sebelumnya yang hanya mencapai US$ 474 juta.
Lukman pun juga menambahkan, strategi Bank Indonesia (BI) untuk menjaga range harga rupiah juga menjadi faktor mata uang Garuda masih berotot hingga saat ini.
Karena itu, Lukman memprediksi besok rupiah masih akan menguat terbatas di kisaran Rp 13.275 - Rp 13. 325 per dollar AS. Sementara prediksi David, rupiah juga akan menguat terbatas di rentang Rp 13.320 - Rp 13.400 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News