Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Peluang penguatan rupiah masih terbuka pada pekan depan. Rupiah menantikan kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral AS alias The Fed.
Jumat (11/3), di pasar spot, mata uang Garuda melemah 0,17% ke level Rp 13.075 per dollar AS. Meski begitu, sepekan terakhir, rupiah masih menguat 0,43%.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra menilai, kinerja rupiah dalam sepekan terakhir masih positif. Data cadangan devisa dalam negeri bulan Februari yang naik menjadi US$ 104,5 miliar dari bulan sebelumnya US$ 102,1 miliar, memberi tenaga bagi rupiah.
Di sisi lain, pergerakan dollar AS sempat tertekan oleh ekspektasi The Fed belum akan menaikkan suku bunga dalam pertemuan bulan ini. Namun, di akhir pekan ini, mata uang Paman San kembali menguat, sehingga menekan rupiah.
Putu melihat, ada peluang rupiah untuk kembali menguat pada perdagangan pekan depan. "Tetapi untuk ke bawah Rp 13.000 per dollar AS akan sulit," ujarnya. Apalagi, jika dalam pertemuan 17 Maret mendatang, The Fed akhirnya memberi sinyal kenaikan suku bunga.
Dari dalam negeri, BI juga akan mengadakan rapat pada akhir pekan depan. Putu memperkirakan BI belum akan memangkas suku bunga. Namun, jika BI menurunkan BI rate, bisa menyokong kuat. "Memang penurunan suku bunga BI biasanya direspon dengan pelemahan rupiah. Tetapi ini akan menjadi sentimen positif bagi investor, karena harapan adanya akselerasi ekonomi," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News